Kinerja pasar modal dinilai masih belum optimal
Merdeka.com - Kinerja pasar modal Indonesia dinilai masih rendah jika dibandingkan negara lain terlihat dari rendahnya nilai kapitalisasi pasar terhadap produk domestik bruto (PDB) dan sedikitnya jumlah perusahaan yang go public.
Calon Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Nurhaida yang juga Kepala Badan Pengawas Pasar Modal mengatakan paling tidak ada empat masalah yang menghambat kinerja pasar modal. Seperti terbatasnya jumlah dan jenis produk pasar modal.
Dia mengatakan saat ini jenis produk yang berkembang baru berupa saham dan surat berharga negara. Akibatnya nilai kapitalisasi pasar per 31 Mei 2012 baru Rp 3.585 triliun. Dengan jumlah emiten baru 443. Sedangkan pasar saham Hongkong saat ini terdapat 1.518 emiten, Singapura 789 emiten, dan Malaysia 935 emiten.
Nurhaida mengatakan rendahnya jumlah investor di pasar modal Indonesia juga menjadi permasalahan BEI. Investor Indonesia baru mencapai 363.094 atau sekitar 0,2 persen dari total penduduk. Masih kalah jauh dengan Hongkong 29,1 persen dan Singapura 27,3 persen dari jumlah penduduknya.
Permasalah ketiga, lanjutnya, belum optimalnya pengembangan sarana dan infrastruktur pasar modal. Pasar modal baru mengembangkan sistem sejak 2010 dengan menggunakan sistem infrastruktur straihgt through processing (STP), single investor identity (SID), dan data warehouse. "Terakhir, belum optimalnya sinergi antar sektor jasa keuangan dan adanya potensi ketimpangan regulasi," ujarnya.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tepatkah Peringkat Ekonomi Syariah Disebut SGIE? Begini Penjelesannya
SGIE adalah sebuah laporan yang mana dalam laporan tersebut menampilkan peringkat negara-negara yang menerapkan ekonomi syariah.
Baca SelengkapnyaPengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor
Ekonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaBerkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
AHY Kritik Janji-Janji Capres-Cawapres: Peningkatan Pendapatan Negara Tidak jadi Perhatian Serius
AHY mengkritik janji-janji para Capres-Cawapres selama Pilpres 2024
Baca SelengkapnyaEkonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaKinerja Perekonomian Indonesia 2023 Solid, OJK: Dipicu Belanja untuk Pembangunan IKN
Salah satu faktor kinerja positif perekonomian nasional yaitu belanja untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?
Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaDua Jalur Laut Perdagangan Dunia Kritis, Siap-Siap Inflasi Mengancam Perekonomian Global
Jika kondisi di Terusan Suez dan Terusan Panama tidak kembali kondusif, bisa berdampak pada peningkatan inflasi.
Baca SelengkapnyaPaparkan Realisasi Investasi, Menteri Bahlil: Mudah-mudahan Saya Enggak Dikasih Nilai 11/100
Dia berharap agar penerus kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mempertahankan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Baca Selengkapnya