Kenali Penyebab Naik Turunnya Harga Saham
Merdeka.com - Minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di instrumen saham terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, terutama generasi kelompok milenial. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, jumlah single investor identification (SID) di pasar modal mencapai 9,45 juta per 19 Agustus 2022. Di mana, 70 persen di antaranya merupakan investor milenial.
Melansir dari laman sikapiuangmu.ojk.go.id, Senin (28/11), saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Meski begitu, instumen investasi saham bersifat fluktuatif. Sehingga, harga saham bisa naik bisa turun sama halnya dengan harga barang atau komoditi di pasar. Lantas apa penyebab harga suatu saham mudah naik-turun?
1. Kondisi Fundamental Ekonomi Makro
Faktor ini memiliki dampak langsung terhadap naik dan turunnya harga saham. Misalnya, naik atau turunnya suku bunga yang diakibatkan kebijakan Bank Sentral Amerika (Federal Reserve). Selain itu, naik atau turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan nilai ekspor impor yang berakibat langsung pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Tingkat inflasi juga termasuk dalam salah satu faktor kondisi ekonomi makro," jelas OJK.
2. Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Mata Uang Asing
Selanjutnya, fluktuasi kurs rupiah terhadap mata uang asing juga menjadi penyebab naik turunnya harga saham di bursa. Sebab, konsekuensi dari fluktuasi kurs tersebut bisa berdampak positif ataupun negatif bagi perusahaan-perusahaan tertentu, khususnya yang memiliki beban utang mata uang asing.
"Perusahaan importir atau perusahaan yang memiliki beban utang mata uang asing akan dirugikan akibat melemahnya kurs. Sebab hal ini akan berakibat pada meningkatnya biaya operasional dan secara otomatis juga mengakibatkan turunnya harga saham yang ditawarkan," jelas OJK.
3. Faktor Fundamental Perusahaan
Faktor fundamental perusahaan menjadi salah satu penyebab utama harga saham naik atau turun yang harus selalu dicermati oleh investor. Saham dari perusahaan yang memiliki fundamental baik akan menyebabkan tren harga sahamnya naik. Sebaliknya, saham dari perusahaan yang memiliki fundamental buruk akan menyebabkan tren harga sahamnya turun.
4. Aksi Korporasi Perusahaan
Aksi korporasi yang dimaksud di sini berupa kebijakan yang diambil jajaran manajemen perusahaan. Dampaknya dapat mengubah hal-hal yang sifatnya fundamental dalam perusahaan. Contoh dari aksi korporasi adalah terjadinya akuisisi, merger, right issue, hingga divestasi.
5. Faktor Panik
Faktor selanjutnya ialah pemberitaan tertentu yang dapat memicu kepanikan di salah satu bursa atau saham. Kepanikan ini akan menuntut investor untuk melepas (menjual) sahamnya.
Sesuai pada hukum permintaan dan penawaran. Kondisi ini akan menyebabkan tekanan jual, sehingga harga saham akan turun. Dalam fenomena panic selling, para investor akan segera melepas sahamnya tanpa peduli harganya, karena takut harganya akan semakin jatuh.
Sebaiknya, hindari menjual saham karena terbawa kepanikan. Analisis lebih dulu saham yang ingin dijual, apakah secara fundamental saham tersebut masih layak dipegang.
6. Faktor Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar ternyata bisa menjadi penyebab naik turun harga saham. Manipulasi pasar biasanya dilakukan investor-investor berpengalaman dan bermodal besar dengan memanfaatkan media massa untuk memanipulasi kondisi tertentu demi tujuan mereka, baik menurunkan maupun meningkatkan harga saham.
Hal ini sering disebut dengan istilah rumor. Meski begitu, faktor ini biasanya tidak akan bertahan lama. Fundamental perusahaan yang tercermin di laporan keuangan yang akan mengambil kendali terhadap tren harga sahamnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menengok Pergerakan Saham Emiten Konsumer di Libur Akhir Tahun & Momen Kenaikan UMP
Selain dari aspek liburan, momentum kenaikan upah minimum pendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaTepatkah Peringkat Ekonomi Syariah Disebut SGIE? Begini Penjelesannya
SGIE adalah sebuah laporan yang mana dalam laporan tersebut menampilkan peringkat negara-negara yang menerapkan ekonomi syariah.
Baca SelengkapnyaKarena Hal Ini, Enam Perusahaan Properti dan Pendidikan Siap Investasi di IKN
Dinamika minat investasi pada IKN meningkat, apalagi pemerintah menjamin risiko demand pada tahap awal.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Beras Mahal dan Langka, Begini Strategi Bapanas Turunkan Harga
Kenaikan harga beras saat ini telah memecahkan rekor tertinggi di era pemerintahan Jokowi.
Baca SelengkapnyaTernyata, Ini Penyebab Harga Beras Masih Bertahan Mahal Hingga Akhir Tahun 2023
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengaku belum bisa menurunkannya karena ada tiga faktor besar yang membuat harga beras mahal.
Baca SelengkapnyaPembelian Sempat Dibatasi, Bolehkah Kampanye dengan Beras SPHP?
Beras SPHP merupakan beras yang dikelola pemerintah dengan harga ekonomis namun kualitas premium.
Baca Selengkapnya5 Macam Reksa Dana yang Menarik Dipilih Sebagai Instrumen Investasi Alternatif
Anda bisa menginvestasikan dana yang dimiliki dalam bentuk saham, obligasi dan pasar uang.
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaBanyak Pelaku Usaha Belum Sadar Pentingnya Akuntansi Pengelolaan Bisnis, ini Solusinya
Pentingnya menerapkan ilmu akuntansi dalam pengelolaan bisnis, seperti masalah pembukuan keuangan, pencatatan stok barang misalnya.
Baca Selengkapnya