Merdeka.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai jika harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) dinaikkan, bisa memacu produksi minyak nasional. Para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akan berlomba-lomba memproduksi minyak dalam jumlah besar.

Di sisi lain berdampak pada beban yang perlu dibayar yaitu subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang jauh lebih besar. Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Gde Pradnyana mengatakan, tingginya ICP bakal membebani biaya pembelanjaan di sektor migas. Apalagi subsidi di sektor ini terus membesar dari tahun ke tahun.

"Ya meningkatkan produksi itu mungkin, hanya saya pikir pembelanjaan kita tekor. Anggaran kita akan terkuras besar untuk membelanjakan BBM," ujar Gde yang ditemui usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (30/1).

Gde menjelaskan secara umum ada faktor psikologis yang akan mendorong para KKKS untuk menggenjot produksinya. Namun, hal tersebut bergantung pada cadangan lapangan yang dikelola oleh KKKS.

SKK Migas memastikan produksi minyak sepanjang tahun ini hanya mampu mencapai 830.000 barel per hari (bph).

Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini menuturkan, penerimaan negara dari sektor migas juga bisa tercapai jika pemerintah menaikkan pagu harga ICP sebesar USD 3 per barel, sehingga harga ICP menjadi USD 108 per barel.

"USD 1 itu setara penurunan produksi 25.000 bph. Jadi kalo memang turunnya 70.000 bph itu kan equivalen USD 3," jelasnya.