Kemenkeu Sebut Krisis Akibat Pandemi Covid-19 Lebih Dalam Dibanding Pernah Terjadi
Merdeka.com - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu menyebut bahwa karakteristik krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 sangat berbeda dengan krisis lainnya.
"(Krisis) Covid-19 ini dampaknya sangat beda. Karakteristik krisisnya beda. Kalau yang global dan Asian financial crisis kita bisa hitung dan perkirakan kapan berakhirnya," katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat (2/10).
Febrio menyebutkan dampak karena pandemi ini lebih dalam dari berbagai krisis yang sudah pernah dialami seperti global financial crisis dan Asian financial crisis. Sebab, krisis terdahulu bisa diprediksi waktu berakhirnya.
"Global financial crisis semua dunia negatifnya kecil tapi waktu itu negara majunya dalam. Negara berkembang termasuk Indonesia responnya ressilient. Kalau Asian financial crisis Indonesia sangat dalam," jelasnya seperti dikutip dari Antara.
Meski demikian, dia mengatakan saat ini sudah ada tanda-tanda aktivitas perekonomian masyarakat setelah sebelumnya sempat tertekan akibat pembatasan mobilitas untuk menekan jumlah penyebaran kasus Covid-19.
Oleh karena itu, pemerintah memprediksikan pertumbuhan kuartal III tahun ini akan lebih baik dibandingkan kuartal II meskipun masih berada di zona negatif yaitu dari terkontraksi 5,32 persen menjadi antara minus 2,9 persen sampai minus 1 persen.
"Ini tetap menunjukkan konsistensi dengan prediksi kita bahwa kuartal III akan lebih baik dari kuartal II," tegasnya.
Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang Tahun Minus
Dia mengatakan, ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun ini diperkirakan berada di level antara minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen sehingga menimbulkan sikap optimisme untuk tahun depan agar tumbuh lebih tinggi.
"Lalu 2021 karena kita berangkat dari low base pada 2020 jadi pasti ada dampaknya yaitu pertumbuhan kita lebih mudah yaitu 5 persen," katanya.
Dia menjelaskan dalam mengejar target pertumbuhan yang tinggi untuk tahun depan maka salah satu jalan yang harus ditempuh adalah memastikan investasi harus positif.
"Harus reformasi dari 2020 ke 2021, termasuk bagaimana pastikan investasi positif di 2021 karena kalau tetap negatif, berat sekali. Cara investasi positif? Ya peluang harus diperbaiki," tegasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaJokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaSejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
BI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaMasa Depan Tak Ada yang Tahu, Sudahkah Menyiapkan Perlindungan Finansial yang Tepat Buat Diri Sendiri dan Keluarga?
Penting bagi setiap individu dan keluarga untuk memastikan mereka dilindungi secara memadai dengan asuransi jiwa seumur hidup.
Baca SelengkapnyaDunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo
Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaPenyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaKrisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca Selengkapnya