Kawasan Industri di Tayan akan Gunakan Listrik dari PLTA
Merdeka.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, 10 unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan total kapasitas 10.830 MW akan dibangun di Kalimantan Utara oleh konsorsium Serawak Energi, Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), dan China. Pembangunan ini untuk memasok kebutuhan energi kawasan industri Tayan.
"Kita akan mulai kontruksi 2-3 tahun ke depan. Hampir 11.000 MW hydro power di Kalimantan kita punya," kata Luhut di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Selasa (10/12).
Listrik dari pembangkit energi bersih tersebut akan memasok kawasan industri di Tayan yang isinya terdapat fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter), tarif listrik dari PLTA tersebut lebih murah sehingga dapat menarik investasi.
"Yang berkembang kita punya 10 titik PLTA di Kalimantan kita mau bikin industri di sekitar Kaltara," ujarnya.
Menurut Luhut, dengan energi murah daya tarik investasi di Indonesia tidak akan tersaingi negara lain. Sebab, 35 persen biaya operasional dari smelter berasal dari listrik. "Kalau energinya murah kayak Indonesia. Ya siapa yang mau lawan kita selama ini tidak tahu di bodoh-bodohin saja," tandasnya.
Pengembangan Energi Terbarukan
Kementerian ESDM memproyeksikan hingga lima tahun mendatang atau 2025 biaya investasi peningkatan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) mencapai USD 36,95 miliar.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan, besaran biaya investasi tersebut dimaksudkan sebagai strategi memperluas pangsa pasar energi.
"Nilai investasi tersebut bisa membantu meningkatkan pangsa pasar energi di tahun 2025," kata Agung dikutip Antara.
Tekad kuat Pemerintah menekan energi berbasis fosil dari tahun ke tahun mendorong masifnya peningkatan pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ditargetkan baurannya akan mencapai 23 persen pada 2025.
Lebih lanjut, Agung merinci nilai investasi tersebut terdiri dari PLT Panas Bumi sebesar USD 17,45 miliar, PLT Air atau Mikrohidro senilai USD 14,58 miliar, PLT Surya dan PLT Bayu senilai USD 1,69 miliar, PLT Sampah senilai USD 1,6 miliar, PLT Bioenergi senilai USD 1,37 miliar dan PLT Hybird sebesar USD 0,26 miliar.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PLN mengonfirmasi bahwa kondisi pasokan listrik hari ini di Tarakan memang defisit lantaran beban puncak berada di atas daya pasok.
Baca SelengkapnyaIndonesia akan resmi memiliki pembangkit integrated terbesar di Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaFokus pemerintah dalam percepatan transisi energi Indonesia masih mengarah pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Otorita IKN Nusantara akan membangun kawasan hijau atau lindung seluas 177 ribu hektare.
Baca SelengkapnyaDua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah ditetapkan menjadi pemasok energi tetap oleh Badan Otorita IKN Nusantara.
Baca SelengkapnyaProyek tersebut antara lain PLTS Banyuwangi, PLTS Pasuruan, PLTS Terapung Gajah Mungkur, PLTS Terapung Kedung Ombo.
Baca SelengkapnyaIndonesia perlu menyiapkan teknologi dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) guna mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut.
Baca SelengkapnyaKapasitas tersebut cukup untuk menunjang aktivitas pelanggan baik golongan rumah rangga, tempat ibadah, industri dan bisnis.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan mitra penting China dalam bersama-sama membangun dan berkontribusi terhadap target NZE 2060 di Indonesia.
Baca Selengkapnya