Merdeka.com - Di balik keterpurukan PT. Merpati Nusantara Airlines (MNA), maskapai ini menyimpan cerita kejayaan. Karyawan dan pegawai pernah merasakan saat maskapai ini terbang tinggi.

Perusahaan penerbangan milik pemerintah ini berjaya pada periode 1989-1992. Di bawah kepemimpinan FA Simolang, gaji para pegawai Merpati tercatat sebagai yang tertinggi sepanjang catatan sejarah. Gaji pegawai dinaikkan tiga kali lipat. Jumlah armada maskapai penerbangan juga mencapai 100 unit.

"Tahun 1989 sampai 1992 gaji saya Rp 150.000 terus naik tiga kali lipat jadi Rp 500.000. Pesawat hampir 100 unit, itu era jet, foker 28 dan DC. Begitu (Dirut) diganti, proyek integrasi enggak jalan karena Garuda enggak happy," ujar pegawai PT. MNA, I Wayan Suarna saat ditemui di Kantor Pusat Merpati, Jakarta, Selasa (4/2).

Setelah FA Simolang lengser dari kursi orang nomor satu di Merpati, maskapai ini dipimpin Ridwan Fachrudi. Masa kepemimpinan Ridwan justru terdapat kasus pembelian pesawat CN 35 yang terlalu mahal karena pengadaannya harus melalui broker.

"Karena pesawat tidak feasible untuk merpati. Pesawat bagus tapi tidak ekonomis, biaya sewa mahal, ada brokernya Cendana," jelasnya.

Kini, kondisi Merpati semakin memprihatinkan. Karena gaji belum dibayar, beberapa pilot dan pramugari akhirnya memutuskan mengundurkan diri.

"Pilot mungkin ada yang keluar, pramugari juga. Kemungkinan diserap pihak lain. Tapi kalau karyawan mikir-mikir dia mau keluar," terangnya.