Kalung Antivirus Corona Besutan Kementan di Produksi Massal, Ini Keunggulannya
Merdeka.com - Menteri Pertanian(Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan) tengah mengembangkan antivirus Corona. Antivirus tersebut berasal dari Pohon Kayu Putih.
"Dari 700 jenis (tanaman), 1 yang bisa mematikan Corona dari hasil lab kita. Dan hasil lab ini untuk antivirus. Dan kita yakin. Bulan depan (Agustus) ini sudah dicetak, diperbanyak," ujarnya dikutip dari akun Youtube Kementerian Pertanian RI, Minggu (5/7).
Dalam video tersebut, antivirus Corona tersebut berbentuk kalung. Selain itu juga ada yang berbentuk roll on.
Syahrul menjelaskan bahwa antivirus tersebut sudah diujicoba. Hasilnya, antivirus tersebut dapat membunuh virus Corona dalam waktu 15 menit.
"Jadi ini bisa membunuh, kalau kontak 15 menit dia bisa membunuh 42 persen dari Corona. Kalau dia 30 menit maka dia bisa 80 persen," jelas dia.
Badan Litbang Pertanian akan menggandeng perusahaan swasta yakni PT Eagle Indo Pharma untuk pengembangan inovasi dan hilirisasi terhadap produk berbahan eucalyptus yang disebut dapat menangkal Virus Corona.
"Dengan kerja sama ini diharapkan semakin cepat proses pengembangan produk untuk tersedia, sehingga dapat digunakan masyarakat sebagai pencegahan pandemi Virus Corona," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Fadjry Djufry.
Ada pun hasil uji laboratorium antivirus berbasis eucalyptus mendapat respon positif masyarakat Hasil pengujian Balitbangtan terhadap berbagai tumbuhan yang berpotensi sebagai antivirus Corona, disimpulkan bahwa yang paling efektif ditemukan adalah pada tanaman eucalyptus yang memiliki kandungan senyawa aktif 1,8-cineole (eucalyptol).
Paparan hasil uji eucalyptus terhadap Virus Influenza, Virus Beta dan Gamma Corona menunjukkan kemampuan membunuh virus sebesar 80-100 persen.
Gandeng Jepang dan Rusia
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian, Fadjry Djufry menegaskan bahwa produk antivirus Corona berbasis tanaman atsiri (eucalyptus) akan diproduksi massal melalui pihak swasta. Menurutnya, Kementerian Pertanian (Kementan) hanya melakukan penelitian serta uji laboratorium saja.
Sebagai informasi, produk antivirus tersebut tersedia dalam berbagai bentuk seperti inhaler, roll on, salep, balsem, diffuser, dan juga kalung.
"Kita sudah bekerjasama dengan beberapa perusahaan swasta dan mereka sepakat untuk memproduksi antivirus Corona tersebut secara massal," ujar Fadjry seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (5/7).
Dalam proses produksinya, Balitbangtan sudah menggandeng PT Eagle Indo Pharma untuk membantu memasarkannya ke masyarakat luas. Perusahaan swasta tersebut juga tidak asing lantaran sudah melakukan produk seperti minyak kayu putih.
Tak hanya dalam negeri saja, Balitbangtan tengah melakukan pendekatan kerja sama dengan mitra asing seperti perusahaan pharmaceuticals dari Jepang, Kobayashi dan Aptar Pharma dari Rusia.
Kedua perusahaan tersebut sudah memiliki cakupan pemasaran di berbagai negara mulai dari Asia Tenggara, China, Jepang, US, Rusia hingga Eropa.
"Saya harap kerjasama yang kami coba lakukan ini bisa mempercepat produksi massal produk antivirus Corona itu demi memenuhi permintaan masyarakat luas. Sehingga paling tidak kita bisa berkontribusi juga terhadap penekanan penyebaran Covid-19," katanya.
Keunggulan Antivirus
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian membeberkan sejumlah keunggulan antivirus berbahan tanaman eucalyptus untuk menepis banyaknya keraguan di masyarakat terhadap produk inovasi lembaga tersebut.
Kepala Balitbangtan Fadjri Djufry mengatakan, hingga saat ini, banyak negara yang berlomba-lomba menemukan antivirus corona, begitupun di Indonesia.
Pemerintah melalui kementerian dan lembaga (K/L), tambahnya, terus mencoba mencari cara dan menemukan obat untuk mencegah serta menangani virus corona (Covid-19) yang masih mewabah di Indonesia.
"Ini bukan obat oral, ini bukan vaksin, tapi kita sudah lakukan uji efektivitas, secara laboratorium, secara ilmiah kita bisa buktikan," katanya melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, paling tidak mengembangkan antivirus dari eucalyptus tersebut bagian dari upaya Balitbangtan untuk mendukung penanganan pandemi virus corona atau Covid-19 di Tanah Air. "Para peneliti di Balitbangtan ini juga bagian dari anak bangsa, mereka berupaya keras menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsanya, semoga hal ini mampu menjadi penemuan baik yang berguna bagi kita semua," ujar Fadjry.
Dikatakannya, minyak eucalyptus sudah turun menurun digunakan orang dan sampai sekarang tidak ada masalah.
Sudah puluhan tahun lalu orang mengenal eucalyptus atau minyak kayu putih, meskipun berbeda sebenarnya, tetapi masih satu famili hanya beda genus di taksonomi.
Fadjry menyatakan Kementerian Pertanian secara resmi telah meluncurkan inovasi antivirus berbasis eucalyptus, bahkan produk Balitbangtan itu telah mendapatkan hak patennya.
Selain mematenkan produk tersebut, Kementan juga menggandeng PT Eagle Indo Pharma untuk pengembangan dan produksinya.
Penandatanganan perjanjian lisensi formula antivirus berbasis minyak eucalyptus antara perwakilan Balitbangtan dan PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang) dilaksanakan di Bogor pada pertengahan Mei 2020.
Eucalyptus, lanjutnya, selama ini dikenal mampu bekerja melegakan saluran pernapasan, kemudian menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut.
Menurut Kabalitbangtan, minyak atsiri eucalyptus citridora dapat menginaktivasi virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus sehingga mempunyai kemampuan antivirus.
Penemuan tersebut sebelumnya melalui uji molecular docking dan uji in vitro di Laboratorium Balitbangtan.
Dia menjelaskan laboratorium tempat penelitian eucalyptus dilakukan di laboratorium keselamatan biologi level 3 atau biosavety level 3 (BSL 3) milik Balai Besar Penelitian Veteriner.
Kementan juga sudah melakukan penelitian sejak 30 tahun lalu dan tak asing dalam menguji golongan virus corona seperti influenza, beta corona dan gamma corona.
"Setelah kita uji ternyata Eucalyptus sp yang kita uji bisa membunuh 80-100 persen virus mulai dari avian influenza hingga virus corona model yg digunakan. Setelah hasilnya kita lihat bagus, kita lanjutkan ke penggunaan nanoteknologi agar kualitas hasil produknya lebih bagus," katanya.
Dalam berbagai studi dikatakan, obat ini hanya cukup 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Dalam riset Balingbangtan dengan konsentrasi 1 persen sudah cukup membunuh virus 80-100 persen.
Bahan aktif utamanya, terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro. M pro adalah main protease (3CLPro) dari virus corona yang menjadi target potensial dalam penghambatan replikasi virus corona.
Penelitian menunjukkan eucalyptol ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga menghambat replikasi virus. "Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8 cineol dari eucalyptus disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan," beber Fadjry.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaObat Penyakit ini Dicoba Dibuat di Luar Angkasa, Bagaimana Hasilnya?
Ini merupakan kali pertama sebuah perusahaan sukses membuat obat di ruang hampa udara.
Baca SelengkapnyaAntisipasi Covid-19 dan Pneumonia, 5 Pendeteksi Suhu Tubuh Dipasang di Bandara I Gusti Ngurah Rai
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengantisipasi lonjakan Covid-19 dan temuan mycoplasma pneumonia di luar negeri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Contoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana
Merdeka.com merangkum informasi tentang contoh permasalahan lingkungan hidup dan solusinya.
Baca SelengkapnyaCara Mencegah Penularan Virus Nipah, Kenali Gejalanya
Infeksi virus Nipah dapat dicegah dengan menghindari paparan terhadap babi dan kelelawar serta menerapkan kebiasaan bersih.
Baca SelengkapnyaInovasi Produk Pupuk Kaltim Ini Tingkatkan Produktivitas Pertanian Hingga 55 Persen
Produksi kentang di Modoinding Minahasa Selatan, mengalami kenaikan signifikan hingga 55 persen dari awalnya 9,9 ton per Hektare (Ha) menjadi 15,8 ton/Ha.
Baca Selengkapnya138 Ekor Sapi di Lumajang Terjangkit Penyakit Lato-Lato, Ciri-cirinya Ada Benjolan dan Lemas
Kepada peternak, apabila ada ternak yang muncul gejala LSD, diimbau untuk segera dilakukan vaksinasi.
Baca SelengkapnyaSaran untuk Pemerintah Tengah Susun Aturan Turunan UU Kesehatan, Terutama Soal Produk Tembakau
Pemerintah disarankan memperbanyak pasal tentang edukasi dan sosialisasi agar penguatan sistem kesehatan nasional dapat dilakukan.
Baca SelengkapnyaMengintip Persiapan Pencoblosan Pemilu di Perbatasan Indonesia-Papua Nugini
Penduduk di Perbatasan Skouw RI-PNG ada suku dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca Selengkapnya