Kadin: Masalah Minyak Goreng Bukan Terjadi di Indonesia Saja
Merdeka.com - Ketua Umum Kamar Dagang Industri Indonesia (KADIN), Arsjad Rasjid menilai, dampak perang Rusia dan Ukraina terhadap perekonomian Indonesia terjadi pada meningkatnya biaya energi. Namun, di sisi lain, ekspor Indonesia juga diuntungkan karena meningkatnya harga komoditas.
"Kita juga menghadapi tantangan baru yaitu perang Ukraina-Rusia, ini memang jauh tapi harus ada kewaspadaan untuk kita. Misalnya biaya energi naik, harga gas naik, harga batubara naik, tapi ada positif buat Indonesia karena Indonesia ekspor komoditas tersebut," kata Arsjad dalam Rakernas Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan, Rabu (16/3).
Tak hanya itu, tantangan lainnya adalah meningkatnya beberapa harga bahan pokok makanan yang tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga dunia. Salah satunya minyak goreng.
"Masalah minyak goreng bukan menjadi masalah di kita saja, kenapa harga sawit naik? karena ada minyak sunflower yang diproduksi di Rusia dan Ukraina tidak bisa diekspor dan akhirnya mereka beralih ke sawit. Maka apa yang terjadi, demand sawit naik," ujarnya.
Arsjad juga menyebut komoditas gandum menjadi salah satu bahan pokok makanan yang mengalami kenaikan dampak Perang Rusia-Ukraina. Sebab, Rusia dan Ukraina memproduksi kurang lebih 30 persen daripada gandum dunia.
"Kemarin saya ketemu dengan Menteri Hungaria. Bagaimana kalau Hungaria ada produksi, apakah Indonesia bisa mengambil alternatif dan mengambil barang dari sana. Tapi Pemerintah Hungaria tidak bisa ekspor gandum keluar," ungkapnya.
Sanksi Ekonomi untuk Rusia Bisa Akhiri Globalisasi yang Dibangun Sejak 30 Tahun Lalu
Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi menilai, sanksi ekonomi berupa larangan impor energi dari Rusia oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, bisa berdampak negatif terhadap proses globalisasi yang telah digiatkan sejak periode 1990-an.
"Konflik Rusia-Ukraina telah memicu sanksi ekonomi, dan beberapa negara diprediksi akan melemahkan proses globalisasi yang dimulai lebih dari 30 tahun lalu," kata Mendag Lutfi saat rapat kerja Kementerian Perdagangan 2022, Kamis (10/3).
"Saya tadi dikirim artikel, mengatakan global value chain yang kita terapkan 30 tahun terakhir mungkin bisa berakhir pada hari ini dengan invasi tersebut. Terutama dengan adanya sanksi-sanksi yang diberikan oleh negara-negara Eropa dan Amerika terhadap Rusia," ungkapnya.
Menurut dia, pelemahan proses globalisasi ini tergambar lewat pertumbuhan pengiriman barang dari beberapa negara yang alami penurunan. Seperti angka ekspor Amerika Serikat, yang sudah turun -3 persen.
"Bahkan Eropa sudah double digit turunnya, menyebabkan ini akan menjadi mata rantai yang langsung bersentuhan dengan Indonesia," imbuh Mendag Lutfi.
Mendag Lutfi tak ingin pelemahan globalisasi ini turut mengganggu aktivitas ekonomi Indonesia. Sebab pada 2021 lalu, ekspor non-migas Indonesia berhasil mencapai lebih dari USD 231,5 miliar, mengalahkan rekor per 2011 senilai USD 203,5 miliar. Sementara surplus di sektor non-migas ini mencapai USD 48 miliar.
Lebih menggembirakannya lagi, sebanyak 4 dari 5 barang yang diekspor merupakan produk industri. Sedangkan pada 2011, sebanyak 4 dari 5 barang ekspor merupakan komoditas mentah.
"Jadi, sekarang kita lagi berinteraksi untuk memastikan bagaimana kejadian di luar negeri harus menjadi bagian juga dari yang kita selesaikan di dalam negeri," ujar Mendag Lutfi.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaJokowi Sebut Pupuk Langka Imbas Perang Ukraina-Rusia, Ganjar: Ada Sumber Bahan Pupuk Negara Lain
Ganjar menyarankan untuk mencari negara alternatif sebagai pemasok bahan
Baca SelengkapnyaHarga Gas Murah Belum Terserap 100 Persen, SKK Migas Bongkar Penyebabnya
Pertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Di Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri
Jokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.
Baca SelengkapnyaJokowi soal Harga Beras Naik: Bukan Cuma di Negara Kita, Negara Lain juga Mengalami
Jokowi mengaku sudah memerintahkan Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mencari beras dengan harga murah.
Baca SelengkapnyaBlusukan di Pasar Sungai Ringin Sekadau, Jokowi Temukan Kenaikan Harga Bahan Pokok
Jokowi menemukan harga beras di Pasar Sungai Ringin berada pada tingkat yang wajar.
Baca SelengkapnyaJokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim Sebabkan Gagal Panen
Jokowi menjelaskan kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaWamen BUMN Apresiasi Satgas Nataru Pertamina dalam Menjaga Kelancaran Distribusi Energi
Wamen BUMN juga menjelaskan, produksi migas hulu Pertamina saat ini telah mencapai lebih dari 1 juta barrel per hari.
Baca SelengkapnyaPrabowo: Tidak Lama Lagi Kita Bisa Swasembada Energi
Prabowo mengklaim rencana itu dapat terealisasi dengan memanfaatkan hasil produksi kelapa sawit yang jadi salah satu andalan Indonesia.
Baca Selengkapnya