Jaga Stabilitas Keuangan, Bank Indonesia Disarankan Tahan Suku Bunga Acuan di 3,5%
Merdeka.com - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) mengimbau Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuannya di 3,50 persen, meskipun inflasi masih rendah. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai Rupiah dan mendukung momentum pemulihan ekonomi.
"Kami berpandangan bahwa BI perlu mempertahankan suku bunga acuan pada 3,50 persen untuk menjaga stabilitas keuangan dan nilai tukar sambil mendukung pemulihan ekonomi," ungkap ekonomi LPEM UI, Teuku Riefky, dalam keterangannya pada Senin (19/4).
Berlanjutnya tren pemulihan domestik semakin memperbesar momentum potensi pemulihan ekonomi. Pencapaian tersebut didorong oleh percepatan program vaksinasi dan stimulus pemerintah, seperti potongan pajak atas barang mewah.
Setelah berbagai kebijakan diambil untuk mempercepat pemulihan ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terus mengalami peningkatan pada Maret 2021 ke level 93,4 dari 85,8 pada Februari 2021.
Perkembangan dalam pemulihan ekonomi juga terlihat pada neraca perdagangan, yang mencatat surplus sebesar USD 1,57 miliar pada Maret 2021. Meski realisasinya lebih rendah dibandingkan Februari 2021 yang mencapai USD 2 miliar, surplus pada Maret didorong oleh meningkatnya baik komponen ekspor dan impor, yang menunjukkan tanda pemulihan yang lebih kuat.
Meskipun demikian, tidak seperti biasanya, inflasi tetap rendah pada periode awal Ramadan. "Angka inflasi terus menunjukkan pola yang kurang menggambarkan pemulihan ekonomi selama awal tahun 2021," tutur Riefky.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai inflasi yang masih mencatatkan adanya tren penurunan pada Maret 2021, setelah sebelumnya juga menunjukkan pola yang sama pada Februari 2021.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi tahunan pada Maret berada di berada pada angka 1,37 persen (year on year/yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan angka pada bulan sebelumnya yakni 1,38 persen (yoy).
Inflasi Bulanan
Sementara itu, inflasi bulanan tercatat sebesar 0,08 persen pada Maret 2021. Lebih rendah daripada tingkat inflasi bulanan pada Februari 2021 sebesar 0,10 persen.
Dari sisi eksternal, ketidakpastian sebagian besar berasal dari perkembangan Amerika Serikat. Perkembangan vaksinasi, pasar tenaga kerja yang membaik, dan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan menunjukkan kabar baik tentang perekonomian, yang mendorong investor untuk menempatkan aset mereka ke instrumen safe haven.
"Kondisi ini memberikan tekanan pada Rupiah yang terdepresiasi menjadi Rp14.572 terhadap USD pada akhir Maret 2021," kata Riefky.
Reporter: Andina Librianty
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaMengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah Terbitkan Aturan Baru, Diklaim Mampu Tingkatkan Daya Saing Ekonomi Nasional
Tujuan aturan ini untuk memudahkan pelaku usaha dalam mendukung peningkatan daya saing ekonomi.
Baca SelengkapnyaDemi Bantu Kesusahan Warga Soal Ekonomi, Pelda TNI Indro Rela Pinjamkan Uang Tanpa Bunga
Demi Bantu Kesusahan Warga Soal Ekonomi, Pelda TNI Indro Rela Pinjamkan Uang Tanpa Bunga.
Baca SelengkapnyaOJK Buka-bukaan Soal Ancaman yang Pengaruhi Kinerja Sektor Keuangan 2024
Salah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
Dengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Baca Selengkapnya