Ini tiga penyebab merosotnya nilai tukar Rupiah versi BI
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan setidaknya ada tiga sebab nilai tukar Rupiah terus melemah saat ini. Penyebab utama pelemahan adalah defisitnya neraca perdagangan.
Gubernur BI, Agus Martowardojo, menilai defisit neraca perdagangan sebesar USD 1,96 miliar memberi pukulan besar pada pelaku pasar. Pasalnya, defisit ini menjadi pertama kali tahun ini usai tiga bulan sebelumnya selalu surplus.
"Ini menjadi tekanan pertama yang diderita neraca perdagangan Indonesia setelah Januari hingga Maret berturut-turut meraih surplus," ujarnya usai rapat dengan Banggar Anggaran di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (11/6) malam.
Faktor kedua terkait rencana pengurangan BBM bersubsidi sehingga membuat harga-harga naik. "Pembahasan di DPR ini, market melihat akan ada pengurangan BBM bersubsidi dan akan berdampak inflasi dan kemudian semua terefleksi di nilai tukar," jelas dia.
Terakhir besarnya permintaan valas korporasi sehubungan dengan kebutuhan pembayaran keuntungan maupun royalti dan pinjaman bunga keluar negeri. Ini menurutnya sudah menjadi faktor musiman.
Sebagai catatan, Badan Anggaran DPR/MPR menyepakati asumsi dasar makro ekonomi pada APBNP 2014 di mana nilai tukar Rupiah berada di angka Rp 11.000 hingga Rp 11.600 per USD.
Sebelumnya, Senin (9/6), nilai tukar Rupiah ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah ke posisi Rp 11.778 per USD. Selasa (10/6) kembali bergerak melemah menjadi Rp 11.800, turun 22 poin dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.778 per USD. Rabu (11/6) nilai tukar Rupiah kembali melemah sebesar 18 poin menjadi Rp 11.821 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.803 per USD.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaHati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara
Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaTernyata, Peredaran Uang Selama Pemilu 2024 Mencapai Rp67,1 Triliun
Realisasi peredaran uang selama masa Pemilu 2024 hanya mencapai Rp67,14 triliun, atau lebih rendah dari perkiraan BI sebesar Rp68 triliun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
BI Ungkap Risiko Tukar Uang Receh di Pinggir Jalan
Melakukan penukaran di layanan resmi dijamin keaslian uangnya.
Baca SelengkapnyaPelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel
Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaUtang Luar Negeri Pemerintah Tembus RP6.622 Triliun
Posisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaPemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun
Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca SelengkapnyaRupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca Selengkapnya