Merdeka.com - Industri gula di Indonesia dinilai kurang efisien, sebab selain produktifitas tak kunjung meningkat, impor gula hanya dikuasai beberapa perusahaan. Hasil kajian Centre for Indonesia Policy Studies (CIPS), ada beberapa rekomendasi yang bisa ditempuh pemerintah dalam menjadikan industri gula lebih efisien dan harga gula bisa lebih rendah.
"Kami rekomendasikan dalam waktu 5 tahun ke depan alangkah lebih baikanya pemerintah membuka impor tidak hanya BUMN tapi pihak swasta yang qualified," kata Peneliti dari CIPS Hizkia Respatiadi di Jakarta, Jumat (23/11).
Di saat yang bersamaan, petani tebu dan juga pelaku industri gula harus bisa memacu produktifitas dan kualitas tebu yang dihasilkan. Salah satu caranya yaitu dengan mendorong investasi teknologi.
Diakuinya, saat ini mayoritas Pabrik Gula (PG) di Indonesia memiliki usia yang cukup tua, bahkan ada lebih dari 100 tahun. Dengan usia itu, jelas mesin-mesin yang digunakan kurang produktif.
Jika semua kebijakan itu dijalankan kurang lebih 10 tahun, petani dan industri gula nasional dianggap sudah bisa bersaing dengan gula impor.
"Ketika itu terjadi, baru hapuskan kuota impor. Jadi biar mereka para pengusaha melakukan analisasi pasar sendiri. Jadi pasar gula semakin kompetitif. Pada akhirnya nanti terjadi harga gula terjangkau konsumen," pungkas dia.
Reporter: Ilyas Istianur Praditya
Sumber: Liputan6.com [azz]