Ini Alasan Pemerintah Perluas Cakupan Paket Kebijakan Ekonomi XVI
Merdeka.com - Pemerintah Jokowi-JK meluncurkan tiga kebijakan baru dalam penyempurnaan Paket Kebijakan Ekonomi XVI. Penyempurnaan kebijakan ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi domestik dan gonjang-ganjing ekonomi global yang belum mereda.
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, menjelaskan lebih rinci terkait alasan pemerintah menerbitkan tiga poin tambahan pada paket kebijakan XVI. Pertama, pemerintah memprediksi guncangan ekonomi global masih akan terjadi hingga 2019.
Faktor lain adalah kebijakan normalisasi moneter di Amerika Serikat diperkirakan masih akan terus berlanjut. Salah satunya adalah kebijakan bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang berencana menaikkan kembali suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) hingga dua hingga tiga kali lagi.
"Kemudian perang dagang mudah-mudahan sedikit mereda kalau nanti dalam minggu depan ini pertemuan G20 mudah-mudahan ketemu Donald Trump dengan Jin Ping ada harapan mereda. Walaupun arah ke Jepang kelihatannya. Jadi masih belum mereda betul," ujarnya di Istana Negara, Jakarta, Jumat (16/11).
Menko Darmin menjelaskan membaiknya ekonomi Amerika dan kenaikan suku bunga FFR (Fed Fund Rate) akan mempengaruhi aliran modal di pasar dunia. Hal tersebut mengakibatkan mata uang Dolar Amerika Serikat (USD) akan kembali ke Amerika dan keluar (outflow) dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Volatilitas harga minyak dan komoditas utama di pasar dunia masih tinggi. Di sisi lain, Indonesia juga masih mengalami tekanan pada capital outflow atau aliran dana keluar. "Harga komoditas juga masih fluktuasi tertuang crude oil. Itu masih akan diikuti oleh langkah-langkah normalisasi kenaikan FFR. Kita juga masih melihat tekanan terhadap capital outflow masih ada," jelas Menko Darmin.
Dengan seluruh kondisi ini pemerintah tetap optimistis aliran modal tetap akan masuk ke Indonesia karena pemerintah merespons dengan menerbitkan kebijakan baru yang membuat Indonesia tetap menarik di mata investor. Penerbitan kebijakan baru ini juga membuat kepercayaan investor meningkat terhadap Indonesia.
"Kita harus merumuskan juga untuk memberi kepercayaan diri kepada pemilik dana sehingga mereka masuk, apakah itu short term atau jangka panjang," pungkasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi Akhirnya Ungkap Tiga Tantangan Besar Ekonomi Indonesia 2024, Ini Detailnya
Tantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?
Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaJokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024
Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaAnies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaDunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo
Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaPenerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaJokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim Sebabkan Gagal Panen
Jokowi menjelaskan kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaJokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca Selengkapnya