Indonesia Mampu Swasembada Garam Konsumsi, Tapi Tidak untuk Industri
Merdeka.com - Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Safri Burhanudin, mengatakan produksi garam rakyat selalu naik turun. Sebab, produksi petani garam masih bergantung pada musim yang sangat membantu prosesnya.
"Produksi garam rakyat kita ini sangat tergantung dengan musim. Musim kering ini pengaruhnya sangat besar," kata Safri dalam Webinar bertajuk Mampukah Indonesia Swasembada Garam?, Jakarta, Kamis (3/12).
Safri mengatakan produksi garam nasional tiap tahunnya tidak lebih dari 1,2 juta ton. Dari jumlah yang dihasilkan ini hanya bisa memenuhi kebutuhan garam konsumsi.
"Kalau bicara garam untuk konsumsi kita bisa swasembada, tapi kalau untuk industri ini butuh produksi yang lebih besar," kata dia.
Kebutuhan garam di Indonesia terus meningkat, khususnya beberapa sektor industri. Akhirnya pemerintah pun mengizinkan importasi garam hanya untuk kebutuhan industri. Izin ini pun dibuat sangat ketat dengan persetujuan dari Kementerian Perindustrian.
"Importasi garam hanya untuk kebutuhan industri," kata dia.
Berdasarkan data neraca garam, kebutuhan nasional rata-rata selama 3 tahun terakhir berada di angka 4,4 juta ton. Sementara, produksi garam dalam negeri hanya mampu memenuhi 2,85 juta ton pada 2019.
Sehingga kekurangan yang ada dipenuhi dengan membuka keran impor untuk penggunaan industri. Pada 2019 impor garam yang dilakukan Indonesia sebanyak 2,69 juta ton. Lalu tahun ini impor garam naik menjadi 2,9 juta ton. Sementara itu, produksi garam tahun ini hanya 544.000 ton dan stok garam yang dimiliki hanya 775.000 ton.
"Kebutuhan impor ini naik terus, sampai tahun ini 2,8 juta ton, sedangkan produksi kebutuhan produksi sampai 4,5 juta ton," kata dia.
Upaya Tingkatkan Produksi Lokal
Upaya peningkatan produksi juga sudah dilakukan. Salah satunya yang saat ini dilakukan PT Garam. Menggunakan teknologi yang sederhana, PT Garam bisa sudah bisa menghasilkan 100-150 ton garam untuk lahan 1 hektar.
Sementara, bila dilakukan petani garam biasa 1 hektar hanya bisa menghasilkan 60-70 ton. Adapun total luas lahan garam yang ada 22.000 hektar. Namun yang dilakukan ekstensifikasi hanya 14.000 hektar.
Meski begitu, tetap saja upaya ini dinilai masih belum bisa memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Apalagi, kata Safri, kebutuhan garam untuk industri akan meningkat di tahun 2021. Sedangkan produksinya garam nasional masih tetap.
"Kami melihat ada penambahan (kebutuhan) garam industri pada 2021, ini akan terus meningkat sedangkan lahan garamnya masih tetap. Maka ini harus ada cara yang baru menyelesaikannya ini," kata dia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gorengan Selalu Menggoda untuk Buka Puasa, Akankah Memicu Asam Lambung?
Sebagai alternatif makanan yang diminati di Indonesia, gorengan sering dijadikan pilihan untuk takjil saat berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaCurhat Pengusaha: Masyarakat Indonesia Lebih Suka Beli Minuman Tinggi Gula Dibanding Rendah Kalori
Pelaku industri mengaku kesulitan untuk memasarkan produk minuman kemasan rendah kalori.
Baca SelengkapnyaPemerintah Sentil Industri Minuman Masih Kecanduan Bahan Baku Impor, Pengusaha: Harganya Lebih Murah
Khusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mencicipi Lezatnya Mi Sagu, Kuliner Andalan Masyarakat Kabupaten Meranti
Kuliner khas Pulau Meranti ini tak lepas dari ciri khas wilayahnya yang terkenal akan produksi Sagu yang begitu melimpah.
Baca SelengkapnyaBlusukan ke Pasar Surabaya, Ganjar Paparkan Stategi 'Sat-Set' untuk Stabilkan Harga Pangan
Ganjar mengatakan dirinya dan Mahfud MD mempunyai komitmen untuk akan menstabilkan harga pangan.
Baca SelengkapnyaBulog Beri Sinyal Harga Beras Bakal Turun Jelang Lebaran, Ini Faktor Pemicunya
Sejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.
Baca SelengkapnyaIndonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaProduksi Kelapa Sawit Indonesia Diprediksi Turun di 2024, Ini Faktor Penyebabnya
Tantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca SelengkapnyaDidorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca Selengkapnya