Indeks Kesiapan Digital UMKM Di Jabodetabek Masih Tahap Menengah, Ini Penyebabnya
Merdeka.com - Hasil Survei Katadata mencatat bahwa indeks kesiapan digital UMKM Jabodetabek masih ada di tahap menengah. Dari skala tertinggi 5, indeks kesiapan digital dari UMKM memiliki nilai rata-rata 3,6. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur Indeks Kesiapan Digital dari UMKM tersebut, yaitu indikator optimisme, kompetensi, keamanan, dan kenyamanan.
Menanggapi itu, Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki mengatakan, ada banyak faktor yang membuat pelaku UMKM yang belum masuk memanfaatkan platform digital sebagai alternatif pasar di masa pandemi Covid-19.Ternyata akses internet tidak selalu menjadi indikator keberhasilan mendorong pelaku UMKM terhubung dengan market online.
"Ada banyak faktor keberhasilan atau kegagalan UMKM masuk ke platform digital. Saya kira bukan semata terhubung market online," kata Teten dalam Webinar bertajuk Jaga UMKM Indonesia: Kebangkitan UMKM Di Era Pandemi Covid-19, Jakarta, Jumat (26/6).
Teten menjelaskan, pelaku UMKM yang masuk platform digital harus bersaing dengan sesama pelapak online dengan produk yang berkualitas. Apalagi mereka juga harus bersaing dengan produk dari brand ternama.
"Apalagi yang punya brand image bagus, sama aja kalau di offline, yang gede juga masuk ke market online," kata Teten.
Kapasitas produksi UMKM juga menjadi hambatan lainnya. Berjualan di platform digital menuntut pelaku UMKM untuk menyediakan produk dalam jumlah besar karena menghadapi pasar berskala nasional. Sementara mereka mengalami keterbatasan modal.
"Nah mereka enggak punya stok, makanya mereka tidak bisa penuhi permintaan pasar,," kata Teten.
Mengerjakan Sendiri
Selain itu, pelaku UMKM kata Teten biasanya mengerjakan produksinya sendiri. Mulai dari pembuat produk sampai penjualan. Sedangkan dalam catatan berbagai platform digital menunjukkan hanya 4-10 persen pelaku UMKM yang bisa bertahan setelah masuk ke market online ini.
"Keberhasilannya dalam catatan e-commerce 4-10 persen yang bisa bertahan," kaya dia.
Untuk itu, Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mengatakan perlu adanya pendampingan dan edukasi untuk pelaku UMKM yang sudah masuk platform digital. Namun, pemerintah juga merasa berat jika harus melakukan semua itu sendirian.
Sisi lain, Teten menilai keberadaan reseller cukup membantu penjualan produk UMKM. Apalagi banyak dari reseller ini berangkat dari kalangan muda seperti mahasiswa atau pelajar. Anak muda yang melek teknologi ini kata Teten perlu dimanfaatkan keberadaannya.
"Mereka bisa jadi reseller dan mereka tahu bagaimana caranya cari market," ujar Teten.
Terlepas dari itu semua, Teten menilai tren UMKM di Indonesia terlalu banyak. Sehingga pemerintah berpikiran untuk melakukan konsolidasi produk-produk kecil untuk menjadi brand dan bisa masuk pasar yang besar. "Kita berpikir untuk mengkonsolidasi produk kecil untuk jadi market yang besar," kata Teten.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Atikoh menyampaikan, pelaku UMKM juga perlu melakukan digitalisasi untuk menjangkau lebih banyak konsumen
Baca SelengkapnyaDahnil menjelaskan bahwa hilirisasi digital adalah penggunaan device bahkan hingga ke jaringan yang akan dibuat oleh putra-putri Indonesia.
Baca SelengkapnyaPaDi UMKM hadirkan sistem pembayaran yang efisien untuk transaksi yang lebih mudah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.
Baca SelengkapnyaKemunculan internet tak bisa dilepaskan dari keberadaan ancaman nuklir dan perang.
Baca SelengkapnyaProduk dan layanan Bank DKI akan terus diperluas seiring dengan visi Bank DKI untuk mendukung pertumbuhan Jakarta.
Baca SelengkapnyaRencana aturan tersebut dapat merugikan industri media digital yang tengah kena disrupsi tiada henti.
Baca SelengkapnyaDulunya cuma angan-angan, namun penelitian ini membuktikan internet kuantum bakal menjadi nyata.
Baca SelengkapnyaSalah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca Selengkapnya