Imbas Perang, Ekonomi Eropa Timur & Asia Tengah Diperkirakan Melemah di 2023
Merdeka.com - Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 di negara-negara di Eropa Timur dan Asia Tengah akan melemah. Ini dikarenakan oleh pemutusan energi Rusia ke Uni Eropa yang juga akan mengarahkan ke jurang resesi yang paling dalam.
Dalam perkiraan ekonomi yang diperbaharui oleh bank dunia Produk Domestik Bruto (PDB) kolektif di dua kawasan tersebut sekarang diperkirakan akan berkontraksi 0,2 persen tahun 2022 dan tumbuh sebesar 0,3 persen pada tahun 2023 karena efek limpahan dari invasi Rusia ke Ukraina.
Sementara Bank Dunia memperkirakan ekonomi Ukraina menyusut 35 persen pada tahun 2022, yang dikarenakan oleh kapasitas produktif yang melemah, serta kerusakan lahan pertanian dan berkurang nya pasokan tenaga kerja dengan pengungsian sebanyak 14 juta orang akibat perang yang terjadi.
"Ukraina terus membutuhkan dukungan keuangan yang sangat besar karena perang terus berkecamuk serta untuk proyek-proyek pemulihan dan rekonstruksi yang dapat dimulai dengan cepat," ujar Wakil Presiden Bank Dunia untuk Eropa dan Asia Tengah Anna Bjerde, dikutip dari Reuters, Rabu (5/10).
Untuk melakukan pemulihan dan rekonstruksi pada Ukrainian pada seluruh sektor sosial, produktif dan infrastruktur setidaknya membutuhkan dana USD 349 miliar lebih dari 1,5 kali ukuran PDB pada tahun 2021.
Penghentian pasokan energi yang diperpanjang ke UE dapat memicu resesi bagi negara-negara Eropa dan Asia Tengah, dengan output kolektif menyusut sebesar 1,2 persen. Dampaknya akan lebih besar pada negara-negara yang lebih bergantung pada gas alam Rusia, dan lebih sedikit pada negara-negara yang memiliki akses ke pasokan gas alternatif atau lebih banyak produksi energi domestik.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kenaikan suku bunga untuk menekan inflasi berpotensi akan mempengaruhi kinerja ekonomi global pada tahun 2023, yaitu potensi mengalami koreksi ke bawah.
Dia menjelaskan inflasi yang meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat akan mengakibatkan stagflasi. Negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang merupakan penggerak perekonomian dunia berpotensi mengalami resesi pada tahun 2023.
"Kami menyampaikan gambaran gejolak ekonomi global saat ini tidak untuk membuat kita khawatir dan gentar, namun untuk memberikan sense bahwa gejolak perekonomian tahun ini maupun tahun depan yang akan kita hadapi bersama harus dapat diantisipasi dan dikelola dengan prudent dan hati-hati," kata Sri Mulyani beberapa waktu lalu.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaDua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ekonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaDengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca Selengkapnya