Hary Tanoe yakin gurita media MNC bakal bertahan lama
Merdeka.com - Chief Executive Officer (CEO) MNC Grup Hary Tanoesoedibjo mengungkapkan keyakinannya bahwa jaringan media massa yang dia kuasai akan bertahan lama. Saat ini, televisi yang berada di bawah bendera MNC menguasai pangsa pasar Tanah Air mencapai 40 persen.
Hary Tanoe, demikian konglomerat tenar ini kerap disapa, meyakini Produk Domestik Bruto Indonesia yang sekarang berada di level USD 900 miliar akan meningkat di tahun-tahun mendatang.
Dia perkirakan, PDB senilai USD 2,75 triliun bukan hal mustahil seandainya pertumbuhan ekonomi stabil di level 6 persen.
"Nilai sebesar itu kalau masuk ke sistem ekonomi kita akan sangat luar biasa, termasuk efeknya kepada media," kata Hary Tanoe saat berbincang dengan wartawan di MNC Tower, Jakarta, Selasa (1/7).
Taipan yang kini jadi politikus pendukung capres Prabowo Subianto itu menegaskan, bisnis media massa di bawah bendera PT Global Mediacom Tbk akan dipertahankan sebagai inti konglomerasi.
Hary Tanoe yakin, terutama dari televisi, belanja iklan akan terus meningkat. Belum lagi mempertimbangkan bisnis televisi berlangganan yang tumbuh di atas 30 persen saban tahun, seiring bertambahnya kelas menengah.
"Jadi potensi pelanggan sangat luar biasa, ke depan akan meningkat sangat tajam. Terlebih belanja iklan hanya 0,2 persen dari PDB kita, salah satu yg terendah di Asia," ungkap Hary Tanoe.
Sekadar mengingatkan, porsi gurita media di bawah payung MNC Group paling besar adalah bisnis televisi. Untuk saluran terestrial menggunakan frekuensi publik, MNC membawahi RCTI, MNC TV, serta Global TV. Ini ditambah televisi digital berlangganan di bawah naungan PT MNC Sky Vision Tbk, dengan merek dagang Indovision, Top TV, serta Okevision.
Belum termasuk di dalam konglomerasi ini adalah beberapa televisi lokal dengan bendera Sindo TV.
Untuk bisnis televisi terestrial, RCTI dalam survei Nielsen menjadi penguasa pasar dengan share 21,8 persen sepanjang tahun lalu.
Melengkapi paparan bosnya, Direktur PT Global Mediacom Tbk Oerianto Guyandi menilai ceruk iklan televisi masih sangat besar.
Belanja iklan untuk segala jenis media di Tanah Air relatif masih rendah. Kendati ada perkiraan bahwa nilainya tumbuh 15,5 persen di 2014, Indonesia pasar iklan terbesar di Asia tapi kapitalisasinya tak sebesar negara lainnya.
"Tarif iklan Indonesia juga masih rendah, meskipun jumlah penduduk kita lebih banyak. Ini merupakan prospek ke depan, masih bisa tumbuh lebih tinggi lagi," kata Oerianto.
Sejauh ini, mayoritas pengiklan barulah perusahaan di bisnis consumer goods. Oerienato meyakini sektor bisnis lain seperti jasa keuangan, ke depan semakin membutuhkan jasa periklanan, terutama melalui televisi.
"Indonesia sangat luas, sedangkan media-media lain tidak bisa menjangkau Indonesia secara efektif. Sehingga pasti membutuhkan televisi," ungkapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gurita Bisnis Prajogo Pangestu, Konglomerat Indonesia yang Kehilangan Kekayaan Rp2 Miliar per Detik
Gurita Bisnis Konglomerat Indonesia yang Kehilangan Kekayaan Rp2 Miliar per Detik
Baca SelengkapnyaTelkom Dinobatkan Sebagai BUMN Terbaik dalam Penanganan Krisis dan Pengelolaan Media
BCOMSS 2024 merupakan ajang kompetisi tahunan antar BUMN di bidang komunikasi korporatdan program keberlanjutan.
Baca SelengkapnyaSegini Potensi Kerugian Dialami Industri Perikalanan Jika Iklan Rokok Dilarang
Rencana aturan tersebut dapat merugikan industri media digital yang tengah kena disrupsi tiada henti.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gurita Bisnis Darma Mangkuluhur, Cucu Soeharto yang Sempat Viral di Media Sosial
Selain berbisnis Darma juga memiliki minat dalam dunia balap.
Baca SelengkapnyaGurita Bisnis Tambang Harvey Moeis, Suami Sandra Dewi Jadi Tersangka Korupsi Rugikan Negara Rp271 Triliun
Harvey Moeis sudah populer dikenal sebagai pebisnis tambang mineral seperti batubara dan timah.
Baca SelengkapnyaWanita Muda Ini Sukses Bisnis Daster, Modal Rp500.000 Kini Raup Omzet Rp130 Juta per Bulan
Awalnya, Bella merupakan seorang pekerja biasa, kemudian terbesit di hatinya ingin mendapatkan penghasilan tambahan.
Baca SelengkapnyaKonglomerat Indonesia Ini Pernah Rasakan Hilang Kekayaan Rp2 Miliar per Detik
Melansir Forbes, orang terkaya Indonesia ini masuk sebagai orang terkaya peringkat enam, se-Asia.
Baca SelengkapnyaMasa Kecil Sering Dipukul Ibu, Kini Jadi Konglomerat Indonesia dan Beli Hotel di China
Pengalaman itu tidak membuatnya trauma apalagi dendam kepada sang ibu. Sebaliknya, hal itu melatih mentalnya menjadi tangguh.
Baca SelengkapnyaIni Dia 10 Wanita Paling Kaya di Dunia Hasil Usaha Mereka Sendiri, Bukan Warisan
Pada tahu 2004 dia mendirikan bisnis ini karena kesulitan berbelanja pakaian sambil merawat bayinya.
Baca Selengkapnya