Harga BBM Pertamina Diprediksi Turun Mulai Mei 2020
Merdeka.com - Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean, menjelaskan analisa mengapa pemerintah belum menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Di saat harga minyak dunia sudah anjlok akibat pandemi virus corona sejak beberapa bulan lalu.
"Dunia juga tiba-tiba dikagetkan oleh anjloknya harga minyak dunia yang jatuh tak terbendung," kata Ferdinand dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, Jumat (3/4).
Periode Januari 2020 harga minyak mentah Brent masih di kisaran USD 67,02 per barel dan WTI di kisaran USD 59,80 per barel sementara ICP ada di kisaran USD 65,38 per barel.
Saat ini atau periode April 2020 harga minyak mentah dunia jenis Brent jatuh di kisaran USD 25 per barel dan WTI dikisaran angka USD 20 per barel. "Harga yang luar biasa memukul perekonomian khususnya sektor minyak," ungkap Ferdinand.
Turunnya harga minyak dunia tersebut saat ini belum diikuti oleh penurunan harga jual BBM Pertamina. Inilah yang saat ini banyak dipertanyakan oleh kalangan publik. "Mengapa harga jual BBM belum turun sementara harga minyak dunia turun? Sebuah pertanyaan yang tentu lumrah dan wajar," tutur Ferdinand.
Dia melanjutkan, dalam penentuan harga jual BBM, tentu ada beberapa faktor atau komponen yang dijadikan dasar perhitungan. Komponen utama dari perhitungan ini yakni harga minyak mentah dan nilai tukar dolar.
Beberapa komponen lainnya seperti biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin dan lain-lain. Satu hal yang tidak boleh diabaikan yakni, periode impor minyak mentah untuk bahan baku produksi BBM.
Rata-rata minyak mentah yang diproduksi saat ini untuk dipilah jadi BBM adalah minyak mentah yang diimpor 2 bulan lalu pada saat harga minyak mentah masih dikisaran di atas USD 50 per barel. Maka tentu perhitungan harga keekonomian masih mengacu pada harga minyak pada bulan Februari bukan menggunakan harga yang sekarang.
Harga sekarang baru digunakan untuk perhitungan harga BBM 2 bulan ke depan. Itulah alasan mengapa harga BBM sekarang belum turun. Ditambah nilai tukar dolar saat ini yang tinggi membuat penurunan harga semakin sulit diwujudkan kecuali ke bulan-bulan yang akan datang.
Untuk harga BBM Mei akan menggunakan harga Crude impor bulan Maret, Juni gunakan harga April dan begitu seterusnya. Maka jika harus turun maka baru pada sekitar bulan Mei dan Juni bisa terjadi penyesuain harga. Sehingga semua kembali kepada Perpres 191 yang mengatur periodik evaluasi harga BBM.
"Kita tentu berharap agar Pertamina segera lakukan evaluasi harga jual BBM," kata Ferdinand.
Beban Pertamina Tinggi Akibat Nilai Tukar Dolar
Jika sekarang sudah bisa dilakukan penurunan harga, maka sewajarnya diturunkan sesuai perhitungan harga keekonomian. Supaya Pertamina tetap untung dan rakyat bisa merasakan dampak penurunan harga minyak dunia dan sedikit terbantu di tengah tekanan ekonomi akibat Covid-19.
Publik juga, kata Ferdinand, harus memahami penurunan penjualan BBM akibat dampak turunnya aktivitas tentu akan mempengaruhi bisnis Pertamina. Apalagi biaya operasionalnya tidak turun bahkan mungkin naik akibat kenaikan nilai tukar dolar.
"Begitulah kondisinya agar kita bisa memahami mengapa harga jual BBM belum turun saat ini," kata Ferdinand.
Utamanya karena masih menggunakan harga Crude impor periode 2 bulan lalu dengan nilai tukar dolar saat ini yang tinggi.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Usai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaHarga BBM di SPBU Pertamina tidak mengalami kenaikan per 1 Maret 2024 ini.
Baca SelengkapnyaPertamina tentu memiliki perhitungan yang cermat, sebab review tiga bulanan harga BBM, memang berdasarkan rata-rata harga tertimbang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertamina mempertimbangkan evaluasi harga serta kebutuhan masyarakat pada Ramadan dan Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPertamina memprediksi konsumsi BBM mengalami kenaikan sebesar 6 persen secara agregat.
Baca SelengkapnyaDi awal tahun baru ini semua BBM Pertamina non subsidi terpantau mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaPenemuan sumber migas baru di Tambun, Bekasi ditajak pada 18 Agustus 2023 lalu.
Baca SelengkapnyaPertamina siap menjalankan penugasan Pemerintah tersebut, dan melalui PT Pertamina Patra Niaga sebagai Subholding Commercial & Trading
Baca SelengkapnyaAngka capaian ini juga mencatatkan peningkatan produksi minyak sebesar 27,22 persen dari 2021 atau 10,12 persen dari 2022.
Baca Selengkapnya