Merdeka.com - Gaji di Asia Pasifik diperkirakan akan tumbuh pada tingkat yang lebih tinggi daripada bagian dunia lainnya pada tahun 2021. Hal ini menandakan kawasan tersebut sedang bangkit dari pandemi.

Menurut laporan gaji baru perusahaan konsultan ECA International, gaji Asia Pasifik diperkirakan akan naik rata-rata 4,3 persen tahun depan, naik dari tahun 2020 sebesar 3,2 persen bahkan saat gaji global melemah.

Dengan memperhitungkan inflasi, pertumbuhan upah riil regional rata-rata 1,7 persen, jauh di atas standar global 0,5 persen meskipun tingkat inflasi rata-rata sebanding.

Dilakukan setiap tahun, Survei Tren Gaji ECA didasarkan pada survei Agustus hingga September terhadap 370 perusahaan multinasional di 68 negara dan berbagai industri. Direktur regional ECA International untuk Asia, Lee Quane mengatakan, kenaikan ini dikarenakan adanya peningkatan produktivitas meski ada virus corona.

10 Negara Teratas

Adapun 10 negara teratas dengan kenaikan gaji paling tinggi dilansir CNBC Make It. Indonesia memimpin kenaikan gaji tahun 2021 dalam 10 besar yang didominasi oleh delapan negara Asia Pasifik.

Negara Asia Tenggara tersebut diperkirakan akan melihat pertumbuhan upah riil sebesar 3,8 persen di 2021, naik dari 2,6 persen pada tahun 2020. Ini dikarenakan jumlah pengusaha yang mengalami penurunan pendapatan terus turun.

Pertumbuhan upah riil Israel di peringkat kedua agak di belakang pada 2,8 persen, hanya sedikit di atas negara-negara tempat ketiga bersama Singapura dan Thailand 2,7 persen. Kolombia juga tumbuh 2,7 persen, adalah satu-satunya negara non-Asia Pasifik lainnya yang masuk 10 besar.

"Beberapa negara diperkirakan akan melihat kenaikan yang signifikan pada tingkat kenaikan gaji riil pada tahun 2021, tetapi ada pengecualian untuk hal ini di kawasan Asia Pasifik," kata laporan itu.

Secara umum, Asia Pasifik telah menghindari penyapuan dan penguncian berkelanjutan yang dialami oleh bagian lain dunia pada paruh kedua tahun ini, membuka jalan bagi pemulihan ekonomi yang lebih cepat. Dengan demikian, hanya 22 persen dari perusahaan yang disurvei di wilayah tersebut yang memperkirakan akan menerapkan pembekuan gaji pada tahun 2021.

Namun, bagian lain dunia yang masih berjuang untuk menahan virus mungkin menghadapi kejatuhan ekonomi yang berkepanjangan dan akibatnya memukul gaji.

"Meski banyak negara Asia Pasifik sudah melihat tanda-tanda pemulihan, perusahaan yang berbasis di belahan dunia lain seperti Amerika Serikat dan negara-negara Timur Tengah mendekati kenaikan gaji secara lebih konservatif," katanya.

Fokus pembayaran Asia Pasifik

Pelopor di kawasan ini, Singapura diperkirakan akan melihat pertumbuhan upah riil 2,7 persen, bahkan ketika tingkat inflasi 0,3 persen yang lebih tinggi dari biasanya terjepit.

Selain itu, China juga diperkirakan akan mengalami kenaikan gaji sebesar 2,3 persen setelah inflasi, yang oleh Quane dikaitkan dengan persepsi ketahanan negara tersebut terhadap virus.

"Ekonomi China tampaknya telah mengatasi dampak pandemi Covid-19 lebih baik daripada banyak lokasi lain di kawasan itu, dan ini tercermin dalam sejauh mana gaji diperkirakan akan tumbuh lagi pada 2021," katanya.

Hong Kong, sementara itu, adalah sesuatu yang asing di wilayah tersebut. Pusat ekonomi global menghadapi pukulan ganda terhadap upah pada tahun 2020 di tengah pandemi dan ketegangan sosial-politik yang sedang berlangsung.

Upah Hong Kong diperkirakan akan pulih 3 persen di 2021, tetapi dengan inflasi diperkirakan sebesar 2,4 persen yang akan diterjemahkan ke pertumbuhan upah riil hanya 0,6 persen, jauh di bawah rata-rata regional.

"Gaji riil untuk penduduk Hong Kong akan termasuk yang terendah di kawasan ini. Hal ini tidak menguntungkan dibandingkan dengan tingkat kenaikan gaji riil yang diharapkan di seluruh bagian lain Asia Pasifik, dan dapat menghambat sejauh mana ekonomi Hong Kong dapat pulih dari resesi saat ini," tandasnya.