G20 Bebaskan Cicilan Utang Negara Miskin Terdampak Corona Selama 1 Tahun
Merdeka.com - G-20 memutuskan untuk membebaskan pembayaran utang bagi negara termiskin di dunia selama satu tahun. Negara-negara tersebut diharapkan dapat fokus dalam menghadapi pandemi Virus Corona terlebih dulu.
G20, yang merupakan gabungan negara dengan ekonomi terbesar di dunia, juga menegaskan kembali janji mengerahkan kebijakan untuk menangani krisis kesehatan dan ekonomi yang disebabkan COVID-19.
Dengan lebih dari dua juta kasus dan kematian mendekati 130.000 di seluruh dunia, banyak dari negara-negara kurang berkembang menghadapi beban terberat. Negara tersebut tidak memiliki kekuatan dana belanja untuk menangani pengobatan dan ekonomi yang terpuruk akibat langkah lockdown yang mereka diberlakukan untuk menahan virus.
Para menteri keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 dikatakan mendukung penghentian pembayaran utang untuk negara-negara termiskin. Dikatakan pula jika semua kreditor resmi bilateral akan berpartisipasi dalam inisiatif ini.
"Negara-negara miskin tidak perlu khawatir tentang pembayaran selama 12 bulan ke depan," ujar Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al-Jadaan, yang saat ini memimpin G-20, melansir laman AFP, Kamis (16/4).
Inisiatif ini akan menyediakan hampir USD 20 miliar likuiditas langsung, bagi negara-negara miskin untuk digunakan sebagai dana sistem kesehatan. "Dan mendukung mereka menghadapi COVID-19," kata Mohammed Al-Jadaan dalam konferensi pers.
"G20 menaruh uang kami di tempat yang kami tuju, dan berkomitmen untuk lebih mendukung dunia saat menghadapi pandemi ini," dia menambahkan.
Imbauan IMF dan Bank Dunia
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia sebelumnya telah menyerukan kepada pemerintah untuk memberikan keringanan utang kepada negara-negara yang paling membutuhkan.
Para menteri keuangan dari Kelompok G-7 yang berisi negara maju sepakat untuk melakukannya. Ini juga meliputi meliputi dukungan China dan Rusia.
Para pemimpin IMF dan Bank Dunia menyambut pengumuman itu. Lembaga ini menyebutnya sebagai "inisiatif yang kuat dan tindakan cepat yang akan memberikan banyak hal untuk melindungi kehidupan dan mata pencaharian jutaan orang yang paling rentan."
Pemberi pinjaman yang berbasis di Washington telah bergegas untuk menggelar pembiayaan darurat dan telah menerima permintaan bantuan dari 100 negara.
IMF memiliki kapasitas pinjaman USD 1 triliun dan telah menggandakan fasilitas pembiayaan daruratnya. Lembaga ini juga fokus pada negara-negara termiskin yang membutuhkan bantuan paling lunak.
"Target kami adalah melipattigakan apa yang kami lakukan untuk negara-negara ini," ujar Kepala IMF Kristalina Georgieva.
Minta Lembaga Keuangan Swasta Beri Pinjaman Lunak
G20 juga meminta kreditor swasta, bekerja melalui Institute of International Finance, untuk berpartisipasi dalam inisiatif yang meluas ke 76 negara termiskin di dunia. Negara yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pembiayaan lunak dari International Development Association (IDA).
IMF menyebut krisis ekonomi sebagai penguncian besar-besaran. Lembaga ini juga memperingatkan pandemi akan memangkas USD 9 triliun pertumbuhan global karena ekonomi dunia terkontraksi tiga persen pada tahun ini. Ini merupakan penurunan paling parah sejak Depresi Hebat pada 1930-an.
Situasi ini bisa menjadi jauh lebih buruk jika pandemi ini bertahan hingga paruh kedua tahun ini atau bangkit kembali.
IMF memperkirakan 20 negara telah berkomitmen menyiapkan sekitar USD 8 triliun untuk memerangi virus dan menyediakan jalur ekonomi bagi rumah tangga dan perusahaan yang berjuang untuk mengatasi krisis.
Dana lebih besar dinilai akan diperlukan lebih banyak untuk memulai kembali ekonomi global setelah pandemi telah berlalu.
"Ketika pandemi terus berlanjut di seluruh dunia, berapa banyak lagi yang akan "tergantung pada seberapa efektif langkah-langkah itu, dan seberapa cepat virus terhenti," kata Georgieva.
Reporter: Nurmayanti
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaKrisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca SelengkapnyaPemerintah Berencana Setop Sementara Penyaluran Bansos
Pemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Negara Termiskin di Dunia, Hanya Bisa Bertani untuk Makan Sehari-Hari
Laporan Global Finance Magazine mencatat negara ini sebagai negara paling miskin di dunia.
Baca SelengkapnyaPunya Program Makan Gratis, Negara Ini Malah Alami Krisis Pangan
Sektor pertanian negara itu pun mengalami penurunan produksi, karena kurangnya modal, peralatan, pupuk hingga insektisida yang dibutuhkan oleh para petani.
Baca SelengkapnyaJokowi Serahkan Bantuan Pangan di Maros
Bantuan tersebut sebagai upaya menghadapi kenaikan harga beras.
Baca SelengkapnyaPemerintah Sudah Salurkan 1,46 Juta Ton Beras Bantuan Pangan untuk 21,3 Juta Kepala Keluarga
Dari 10 Kg beras yang diberikan oleh pemerintah, telah memenuhi sepertiga dari kebutuhan bulanan.
Baca SelengkapnyaDaftar 9 Negara yang Sudah Terapkan Program Makan Siang Gratis seperti Rencana Prabowo-Gibran
Sejumlah negara ternyata sudah menerapkan kebijakan pemberian makan gratis untuk anak sekolah sejak tahun 1940-an.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.364 Triliun
Naiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca Selengkapnya