Fenomena El nino pengaruhi produksi pangan dalam negeri
Merdeka.com - Pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Khudori menyebut bahwa musim kemarau panjang yang salah satunya dipengaruhi fenomena El Nino dapat mengganggu produksi pangan khususnya beras hingga awal 2019.
Khudori mengatakan, berkurangnya curah hujan karena kemarau tersebut bisa mengganggu suplai air yang dibutuhkan oleh padi untuk tumbuh.
"Padi itu salah satu tanaman pangan yang membutuhkan banyak air," katanya seperti dikutip Antara, Senin (15/10).
Kondisi tersebut katanya akan membuat sawah yang mengandalkan pengairan dari air hujan, tidak mau berproduksi dengan optimal.
Ketidakoptimalan panen tersebut juga didukung oleh rusaknya lahan sawah di daerah terdampak bencana seperti Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tenggara yang setiap tahun menyumbang produksi beras tiga juta ton.
"Kalau rusak setengahnya saja, bisa kehilangan potensi 1,5 juta ton padi," kata Khudori.
Melihat kondisi yang ada, Khudori ragu apabila bisa produksi beras hingga akhir tahun berpotensi mengalami surplus dan hal ini harus menjadi perhatian pemerintah.
Hal serupa juga diungkapkan pengamat pertanian IGM, Andi Syahid Muttaqin bahwa usim kemarau pada tahun ini sedikit unik, karena bagian utara khatulistiwa justru mengalami musim hujan.
Namun, daerah selatan Indonesia yang dekat dengan Australia mengalami musim kemarau dengan tingkat yang parah dan lama karena terdampak munsoon di India. Pakar agroklimatologi ini memperkirakan musim kemarau panjang ini bisa berakhir di 10 harian pertama bulan November.
Meski demikian, pada saat bersamaan, telah muncul siklus El Nino yang dapat mengurangi intensitas curah hujan, dibandingkan musim-musim hujan yang lalu.
Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus juga mengingatkan kemarau panjang telah menyebabkan terjadinya paceklik di Jawa yang saat ini menyumbang 60 persen total luas lahan pertanian di Indonesia.
"Terdapat risiko gagal panen yang lebih besar. Kekeringan itu akan menyebabkan seharusnya produksi satu ton, ini jadi setengahnya. Makin jauh dari optimal," katanya.
Data InaRisk dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan risiko kekeringan di Indonesia mencapai 11,77 juta hektare tiap tahunnya dan tahun ini berpotensi menimpa 28 provinsi.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terdampak El Nino, Sejumlah Daerah di Banten Alami Kekeringan
El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Baca SelengkapnyaEl Nino Justru Bawa Berkah Bagi Warga Rembang, Begini Penjelasannya
Produksi garam justru bisa lebih cepat saat terjadinya fenomena El Nino
Baca SelengkapnyaMentan Apel Siaga Alsintan di Jatim, Tekankan Pompanisasi Solusi Cepat Hadapi El Nino
Seperti yang diketahui El Nino memiliki dampak signifikan bagi sektor pertanian
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Terserang El Nino dan Anomali Mahalnya Harga Beras
Dampak El Nino akan menganggu komoditas tanaman utama, seperti gandum, jagung, beras, kedelai, dan sorgum.
Baca SelengkapnyaCek Pompanisasi di Subang, Mentan: Ini Jawaban Peningkatan Produksi saat El Nino
Mentan Amran saat ini tengah gencar menyalurkan pompanisasi ke wilayah sentra produksi khususnya di area Jawa.
Baca SelengkapnyaSempat Kekeringan, Warga di Beberapa Wilayah Banten Mendapat Bantuan Air Bersih
Terhitung sebanyak 105 tangki dengan total 600.000 liter sudah didistribusikan ke beberapa kecamatan/kota yang berada di Provinsi Banten.
Baca SelengkapnyaBenarkah Beras Langka di Alfamart dan Indomaret karena Bansos? Kepala Bapanas Jawab Begini
Arief menyebut, kelangkaan beras saat ini diakibatkan oleh dampak El Nino yang mempengaruhi produksi padi di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaHarga Beras Naik, Mentan: Kita Menunggu Panen Bulan Maret
Akibat kondisi tersebut, awalnya Kementan yang getol menolak untuk impor beras, akhirnya menyetujui. I
Baca SelengkapnyaPenyebab Hujan di Indonesia Tak Menentu Belakangan Ini
Salah satunya adalah masa peralihan musim, yang dikenal sebagai pancaroba.
Baca Selengkapnya