Empat alasan ekonomi Indonesia rentan krisis
Merdeka.com - Saat konferensi internasional bertajuk "Future of Asia's Finance: Financing for Development 2015", Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengakui kondisi perekonomian global memicu kekhawatiran keluarnya modal asing alias capital outflow dari negara berkembang. Kondisi itu yang saat ini tengah terjadi dan mengakibatkan nilai tukar mata uang negara berkembang ambruk.
Kondisi saat ini merupakan imbas dari sebelumnya. Perlambatan ekonomi sudah dialami sejak 2011. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde menilai Asia memiliki pengalaman melalui krisis ekonomi. Ini menjadi modal Asia ketika menghadapi krisis finansial global dan tamper tantrum pada 2013.
Asia mengalami dampak dari perlambatan ekonomi China, Jepang, kemerosotan harga komoditas. Di luar itu, Asia juga menghadapi tantangan dari ketidakpastian penaikan suku bunga The Fed. Khusus Indonesia, Lagarde memuji kekuatan dan potensi ekonomi nasional.
Namun di balik itu, harus diakui bahwa ekonomi Indonesia cukup rentan terhadap krisis. Merdeka.com mencatat faktor-faktor penyebab rentannya ekonomi nasional. Berikut paparannya.
Terlalu banyak dana asing
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai merosotnya nilai tukar Rupiah tak hanya disebabkan faktor eksternal. Kondisi perekonomian dalam negeri juga turut memicu terpuruknya Rupiah. Besarnya dana asing dalam sistem perekonomian nasional membuat Rupiah rawan goyah.
"Rupiah sudah rentan kalau soal kurs. Terlalu besar dana asing di dalam ekonomi kita. Kalau sebanyak itu asing, itu artinya apa? Batuk sedikit ya keluar dia, kita goyah," ujar Darmin di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (25/8).
Utang didominasi asing
Kementerian Keuangan melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mengeluarkan data terbaru mengenai posisi utang pemerintah Indonesia. Hingga Juli 2015, utang pemerintah pusat mencapai Rp 2.911,41 triliun. Angka ini naik sekitar Rp 47 triliun dibanding bulan sebelumnya yang tercatat hanya Rp 2.864,18 triliun.
Dikutip dari data Kementerian Keuangan, utang pemerintah ini terdiri dari dua sumber yakni pinjaman dan Surat Berharga Negara (SBN). Pinjaman pemerintah hingga Juli 2015 mencapai Rp 694,23 triliun. Angka ini naik dari bulan sebelumnya yang hanya Rp 692,94 triliun.
Pinjaman ini terdiri dari pinjaman luar negeri sebesar Rp 690,64 triliun (bilateral, multilateral), Serta dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp Rp 3,59 triliun.
Utang pemerintah dari sumber Surat Berharga Negara (SBN) cukup mendominasi dengan nilai mencapai Rp 2.217,18 triliun. Angka ini juga naik dari bulan sebelumnya yang hanya Rp 2.171,24 triliun.
"SBN 37 persen dimiliki asing," ungkap Anggota Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kusumaningtuti Soetiono.
Pasar modal dikuasai asing
Anggota Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kusumaningtuti Soetiono mengatakan, rendahnya pemahaman akan sistem keuangan membuat pasar saham dikuasai investor asing.
Jumlah investor domestik di pasar modal Indonesia masih sangat minim hanya 400.000-500.000 investor. Lebih rendah dari Filipina 558.000 investor, Thailand 1 juta investor, dan Malaysia 4,4 juta investor. Jumlah emiten pun dinilai statis di kisaran angka 480-500.
"Sekitar 63 persen saham kita dimiliki asing, when asing sell, domestik sell, when asing buy, domestik buy, sangat berpengaruh," ungkapnya.
Defisit kembar
Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution tidak segan mengakui rentannya kondisi dan sistem perekonomian nasional. Defisit kembar atau istilahnya twin deficit menjadi penyebabnya.
"Kelihatannya semakin lama semakin tinggi kerentanannya. Sebagian tentu hasil dari pengaruh ekonomi global. Itu tidak diragukan. Tapi sebagian lagi sebenarnya persoalan kita sendiri," ungkap Menko Darmin di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (31/8).
Defisit kembar merupakan istilah menggambarkan dua defisit dalam sistem perekonomian yakni defisit pada neraca perdagangan dan defisit anggaran negara.
"Walaupun defisitnya tidak terlalu besar. Tapi pernah dua kali melonjak. Pada 83-84 bahkan agak tinggi," tuturnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?
Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Bakal Naik Usai Pemilu 2024
Terdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaJokowi Akhirnya Ungkap Tiga Tantangan Besar Ekonomi Indonesia 2024, Ini Detailnya
Tantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo
Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaJokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaStaf Ahli Wakil Presiden sebut Ketidakpastian Situasi Politik Akibat Pemilu 2024 Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Nurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.
Baca SelengkapnyaPengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor
Ekonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaEkonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca Selengkapnya