Ekonom: Suku Bunga Bank Tinggi Sudah Enggak Zaman Lagi
Merdeka.com - Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan suku bunga kredit perbankan bukan lagi jadi faktor utama masih rendahnya penyaluran kredit. Sebab di masa depan, bank mempunyai tantangan yang lebih luas dalam penyaluran kredit, salah satunya dengan hadirnya perusahaan financial technology (fintech).
"Alternatif pembiayaan di masa depan bukan perbankan saja, ada perusahaan pembiayaan seperti peer to peer lending," kata Josua dalam diskusi media bertajuk Sinergi Memperkuat Perekonomian, Jakarta, Kamis (25/3).
Bahkan, adanya layanan digital banking justru akan memangkas proses panjang penyaluran kredit. Sehingga biaya operasional perbankan akan lebih ringkas, dan bukan hal yang tidak mungkin industri perbankan justru berlomba menawarkan bunga yang rendah dengan sendirinya.
"Dengan perkembangan digitalisasi dan lain-lainnya, suku bunga tinggi enggak zaman lagi," kata dia.
Sebab lanjut Josua, pendapatan bank tidak akan bergantung lagi pada suku bunga kredit yang tinggi. Untuk mendapatkan tambahan modal dan pendapatan perbankan bisa mencari sumber pendapatan yang lain. Semisal melantai di bursa atau surat berharga komersial (SBK).
Terlebih tren kantor cabang ke depan akan berkurang seiring dengan digitalisasi. Sehingga akan memangkas biaya operasional yang angkanya tidak sedikit. "Sudah ada juga SBK dan perbankan juga akan meningkatkan efisiensi," kata dia.
Untuk itu lambatnya pertumbuhan kredit kata Josua bukan semata perbankan yang sulit menyesuaikan diri dengan suku bunga acuan dari Bank Indonesia. Namun untuk membuat kebijakan agar bank mempercepat penurunan suku bunga, hal tersebut harus melihat mekanisme pasar yang ada saat ini.
"Makanya apakah perlu regulasi agar bank bertindak cepat menyesuaikan bunga dengan suku bunga acuan, ya kita lihat saja mekanisme pasar," kata dia.
Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga
Sebagai informasi, selama pandemi Covid-19, Bank Indonesia telah berkali-kali menurunkan suku bunga acuan. Hingga Maret 2021, BI 7-Day Reverse Repo Rate berada di posisi 3,5 persen.
Sayangnya, penurunan suku bunga acuan ini tidak selalu direspon positif oleh perbankan, khususnya pada penurunan suku bunga pembiayaan. Suku bunga pembiayaan dinilai sulit beradaptasi dengan kebijakan bank sentral dibandingkan dengan penurunan suku bunga deposito yang cenderung lebih cepat penyesuaiannya.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo lantas mendesak perbankan untuk ikut menurunkan suku bunga kredit. Sebab menurut catatannya, kebijakan penurunan BI7DRRR belum banyak diikuti perbankan.
"Penurunan suku bunga kebijakan moneter dan longgarnya likuiditas mendorong suku bunga terus menurun. Meskipun suku bunga kredit perbankan masih perlu terus didorong," ujar Perry dalam sesi teleconference, Kamis (18/3).
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sembilan Bank Langgar Aturan Penyaluran KUR karena Minta Agunan Tambahan, Subsidi Bunga Bakal Dicabut
KemenKopUKM pun telah memanggil total 12 perbankan yang terbukti tidak menaati pedoman pelaksanaan KUR.
Baca SelengkapnyaOJK Buka-bukaan Soal Ancaman yang Pengaruhi Kinerja Sektor Keuangan 2024
Salah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca SelengkapnyaBukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung
Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Demi Bantu Kesusahan Warga Soal Ekonomi, Pelda TNI Indro Rela Pinjamkan Uang Tanpa Bunga
Demi Bantu Kesusahan Warga Soal Ekonomi, Pelda TNI Indro Rela Pinjamkan Uang Tanpa Bunga.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaRespons Agus Gumiwang Masuk Bursa Calon Ketum Golkar
Jawabannya masih sama yaitu masih fokus mengurus perindustrian.
Baca Selengkapnya72 Persen Penggunaan Pinjaman Online Dimanfaatkan untuk Peningkatan Kualitas Hidup
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.
Baca SelengkapnyaDikeluhkan Soal Modal saat Blusukan ke Pasar Boyolali, Ganjar Janjikan Kredit Bunga Ringan Khusus Pedagang
Ganjar bicara memiliki program bernama Kredit Lapak, kredit murah khusus untuk para pedagang pasar saat menjabat Gubernur Jateng.
Baca SelengkapnyaNekat Tinggalkan Jabatan Mentereng di Bank, Pria Tulungagung Ini Pilih Buka Bisnis Cukur Rambut
Sesaat setelah pensiun dini dari bank, orang tuanya sempat khawatir karena dia belum bekerja lagi dan bisnis yang dijalankan belum jelas nasibnya
Baca Selengkapnya