Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dirut BNI: Konsolidasi perbankan efektif saat krisis ekonomi

Dirut BNI: Konsolidasi perbankan efektif saat krisis ekonomi BNI Mandiri. ©2012 Merdeka.com/debby

Merdeka.com - Perbanas terus mendorong agar perbankan melakukan konsolidasi, baik merger maupun akuisisi. Bank BUMN dinilai paling mudah untuk konsolidasi mengingat kepemilikannya berada di bawah pemerintah.

Menanggapi desakan itu, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Gatot Suwondo ikut angkat bicara. Dia mengatakan, konsolidasi institusi perbankan baru efektif jika dilakukan pada saat krisis ekonomi. Dengan kata lain, konsolidasi bukan langkah tepat saat ekonomi dan fundamental perbankan sedang baik seperti saat ini.

"Merger dan akuisisi baru efektif dalam kondisi semua perbankan sedang dalam keadaan loss," kata Gatot, di Jakarta, Kamis (30/10).

Konsolidasi institusi dinilai bukan jaminan perbankan Indonesia siap menghadapi liberalisasi sektor keuangan ASEAN pada 2020. Untuk menghadapi itu, perbankan Indonesia cukup menjalankan konsolidasi strategis, seperti diharapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Konsolidasi strategis seperti pembagian tugas antarbank. Bank ini menggarap apa, bank itu menggarap apa," kata Gatot.

Dia mengungkapkan, BNI sudah mempersiapkan diri sejak 2008-2009 untuk menghadapi liberalisasi sektor keuangan Asean 2020. Itu dimulai dengan melakukan spin-off Unit Usaha Syariah menjadi BNI Syariah pada 2010.

"Kita suntik modal Rp 1 triliun dan diarahkan ke kredit mikro karena BNI konvensional fokus ke kredit korporat dan komersial," katanya.

Menurut Gatot, pihaknya bakal mencari partner strategis untuk BNI Syariah dalam dua tahun mendatang. Ini seiring tren kinerja BNI Syariah yang membaik.

"Sebenarnya sudah banyak yang melirik tapi kami belum mau sampai kinerjanya stabil. Tahun ini BNI Syariah baru kami tambah modal saja Rp 500 miliar, hingga total modalnya sudah Rp 1,9 triliun."

Di luar itu, BNI sebagai induk usaha juga melakukan right issue. Mengingat, kekuatan modal menjadi kunci memenangkan persaingan di era pasar bebas.

"Kami sudah siap, anak usaha belum. Makanya, kami undang partner strategis untuk kerja sama."

Alhasil, BNI Securities berhasil menggandeng SBI securities pada 2011. Korporasi asal jepang itu memiliki 25 persen saham BNI Securitie senilai USD 13,5 juta.

"Rencananya kita mau ambil alih Bahana Securities yang lebih besar, tapi nggak jadi karena hambatan teknis," kata Gatot.

Kemudian, bank pelat merah itu juga melepas 40 persen saham BNI Life Insurance senilai Rp 4,2 triliun ke Sumitomi Jepang.

"Jadi, untuk 2020 BNI sudah well prepared. Bahkan, kalau liberalisasi sektor keuangan pada tahun depan pun kami sudah siap," katanya.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen

Bank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen

kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca Selengkapnya
Sektor Properti Pulih dari Pandemi, KPR Bank BTN Tumbuh 12,66 Persen

Sektor Properti Pulih dari Pandemi, KPR Bank BTN Tumbuh 12,66 Persen

Alhasil, pemulihan ekonomi telah menunjukkan perbaikan yang signifikan ke arah yang lebih baik

Baca Selengkapnya
Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024

Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024

Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya

Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya

Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya
Gubernur BI: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7 Persen Pada November 2023

Gubernur BI: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7 Persen Pada November 2023

Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.

Baca Selengkapnya
Pertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya

Pertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya

Di sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.

Baca Selengkapnya
BI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?

BI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?

Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.

Baca Selengkapnya
Jokowi Soroti Kredit Bank Masih Rendah ke UMKM, Baru Capai 19 Persen

Jokowi Soroti Kredit Bank Masih Rendah ke UMKM, Baru Capai 19 Persen

Padahal, lanjut Jokowi, dukungan kredit perbankan amat diperlukan pelaku UMKM dalam menjalankan maupun mengembangkan skala bisnisnya.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang

Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang

Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya