Merdeka.com - Menurunnya daya beli masyarakat Amerika Serikat sebagai pasar utama ekspor perikanan nasional dan hambatan aturan Uni Eropa yang diterapkan, membuat target ekspor perikanan nasional sulit tercapai.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengaku pihaknya kesulitan mencapai target yang telah tetapkan di awal tahun. Namun dia menilai terlalu dini bila ambisinya disebut gagal total.

"Kita belum bisa resmi mengumumkan (target penerimaan ekspor) gagal atau tidak karena ini BPS yang memberikan datanya. Agustus kemarin USD 2,9 miliar, harapan kita mestinya masih bisa (bertambah)," ujar Sharif di kantornya, Kamis (13/12).

Dia menegaskan permasalahan utama terletak pada lesunya pasar tujuan ekspor tradisional produk perikanan Tanah Air, yaitu Amerika dan Uni Eropa. Di Negeri Paman Sam, ikan mahal seperti cakalang tidak laku setelah daya beli masyarakat menurun imbas krisis finansial.

Sementara di Benua Biru, munculnya aturan pemeriksaan produk ikan Indonesia turut memukul jumlah ekspor, khususnya komoditas udang. Negara-negara Eropa tahun lalu menuding produk perikanan Indonesia hasil budidaya diduga mengandung antibiotik.

Uni Eropa sempat mewajibkan pemeriksaan sebanyak 20 persen dari total pengiriman produk ekspor Tanah Air. Namun awal November lalu, Eropa menghapus aturan tersebut. "Di Eropa menurun, terutama karena masalah sampel udang, tapi kita sekarang sudah oke," ungkapnya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan di awal 2012 memasang target penerimaan mencapai USD 4,2 miliar. Hingga Agustus kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekspor perikanan hanya mencapai USD 2,9 miliar.