Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan surplus neraca perdagangan hanya akan bertahan selama satu bulan lalu saja. Pasalnya, saat itu bertepatan dengan pasca raya Idul Fitri sehingga kegiatan impor menurun drastis.

Namun pemerintah mengaku telah menyiapkan arahan kebijakan untuk menjaga tren positif ini. Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, menyatakan ke depan pemerintah akan terus mengeluarkan kebijakan pembatasan impor.

"Ke depan kita perlu kelola yang lebih baik supaya neraca kita sehat. Jalan yang paling utama adalah memberikan komposisi ekspor yang baik, tidak perlu impor kalau tidak perlu," ujarnya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (2/10).

Pemerintah, lanjutnya, juga akan mengarahkan pembangunan industri baru di Indonesia ialah pabrik-pabrik berorientasi ekspor. Selain itu, sektor investasi akan lebih banyak digenjot kepada aspek investasi asing langsung.

"FDI ini yang lebih permanen dan yang lebih tidak sensitif untuk adanya reversal. Kalau investasi portofolio itu masih ada risikoreversal," tuturnya.

Sebelumnya, dalam laporan BPS, surplus pada bulan Agustus disebabkan menurunnya nilai impor yang cukup signifikan. Penurunan impor tidak lepas dari libur hari raya Idul FItri, sehingga banyak pabrik pengolahan libur dan tidak memproduksi untuk sementara waktu.

Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmesto mengatakan, libur nasional membuat proses produksi industri pengolah impor bahan baku dan penolong terhenti untuk sementara waktu.

Ancaman tingginya impor pun kembali muncul. "Biasanya impor naik terus, kalau sekarang agak turun itu di luar kebiasaan. Kalau sekarang penurunan impor karena lebaran, stok cukup dan pekerja sedang libur. Nah sekarang pekerja kan sudah mulai masuk," ujarnya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (1/10).