Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bulog Siap Bongkar Kebohongan Stok 600.000 Ton Beras Lewat Jalur Hukum

Bulog Siap Bongkar Kebohongan Stok 600.000 Ton Beras Lewat Jalur Hukum Direktur Perum BULOG Budi Waseso. ©2019 Merdeka.com/Anggun P Situmorang

Merdeka.com - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso buka-bukaan terkait hasil pengecekannya di lapangan soal ketersediaan beras di penggilingan. Hal ini guna menjawab laporan data Kementerian Pertanian (Kementan), yang mengklaim ketersediaan 600.000 ton beras yang siap diserap Bulog.

Berdasarkan hasil rapat koordinasi terbatas (rakortas), Bulog mendapat tugas untuk menjaga ketersediaan beras sebanyak 1,2 juta ton. Dia mengaku telah berupaya segala cara untuk bisa menyerap tambahan 600 ribu ton itu, tapi yang didapat hanya 196 ribu ton saja sampai 5 Desember 2022.

"Kalau saya bilang 600.000 ton, dari mana? Karena barangnya memang enggak ada. Sampai hari ini dengan kontrak kita sampai Desember di penggilingan, sama persis 1.000 persen datanya sama, itu hanya 196 ribu ton yang kita dapat. Mungkin tambahannya sedikit," ujarnya dalam Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (7/12).

Dia menyatakan, data 600 ribu ton beras yang terdapat pada penggilingan di 24 provinsi itu 1.000 persen sama persis dengan yang ia pegang. Tapi, berdasarkan hasil pengecekan lapangan bersama Satgas Pangan, stok beras di penggilingan tidak ada sebanyak itu.

"Tentunya sebagian besar saya sudah kontrak dengan yang ada di data itu. Jadi pengecekan itu yang kita dapat data banyak, tapi sementara dia tidak berani kontrak sebanyak itu dengan Bulog. Jadi kita cek ulang, tapi kita hadirkan semua, supaya tahu, jangan-jangan dia yang bohong," ungkapnya.

Menurut dia, langkah pengecekan ini sengaja dilakukannya meskipun berada di luar tugas Perum Bulog selaku pihak penyerap beras. Sebab, Bulog sejauh ini hanya dikirimkan data terkait kesediaan, bukan barangnya.

"Jadi, yang tadinya ada 30.000 ton, padahal orang ini (penggilingan) kontrak sama kita, itu hanya adanya 3.000 ton. Tapi dalam data yang ada pada kita, dia memiliki 30.000 ton. Kontrak sama kita itu harganya Rp 10.200 per kg. Begitu yang 30.000 ton itu dia mintanya Rp 11.000. Dicek di lapangan, barangnya tidak ada sebanyak itu," paparnya.

"Bahkan harganya juga enggak masuk akal, karena di penggilingan itu ditanya, loh kan kamu kontrak sama kita. Kemarin harganya Rp 10.200, kenapa hari ini Rp 11.000? Disuruh naikan harga itu. Ini fakta, jadi saya bukan ngarang-ngarang," imbuh Buwas.

Menyikapi situasi ini, Budi akhirnya memutuskan untuk hendak membawa kasus kebohongan publik terkait stok beras ini ke ranah hukum. "Rekaman sudah ada. Ini saya minta diselesaikan secara hukum, karena apa, jangan pembohongan publik seenaknya aja. Ini menyangkut masalah perut masyarakat Indonesia. Jadi saya enggak berani bermain-main," tegas Buwas.

Pasalnya, ia tak ingin kasus seperti ini terus berulang. Buwas lantas menceritakan pengalamannya saat melakukan RDP dengan Menteri BUMN terdahulu, Rini Soemarno, dan mendapatkan laporan bahwa stok jagung di Garut surplus. Sementara Bulog dituding tidak mau membelinya.

"Pulang RDP ini saya berangkat ke Garut, sampai di Garut jam 1 malam. Yang ditunjuk itu sama sekali enggak ada. Ini fakta. Tapi kalau terus didiamkan dengan tidak secara hukum, ini akan diulangi lagi, percaya sama saya. Ini juga jangan sampai jadi masalah terus yang berlarut-larut," pungkas Buwas.

Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana

Sumber: Liputan6.com

(mdk/azz)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Beras Bulog Ditempel Stiker Prabowo-Gibran, Wapres Minta Bawaslu Selidiki Dugaan Politisasi

Beras Bulog Ditempel Stiker Prabowo-Gibran, Wapres Minta Bawaslu Selidiki Dugaan Politisasi

Beras dalam kemasan kantong plastik ukuran 5 kilogram itu merupakan cadangan beras pemerintah untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.

Baca Selengkapnya
Bulog Khawatir Pemilu Serentak 2024 saat Musim Paceklik, Harga Beras Bakal Melonjak?

Bulog Khawatir Pemilu Serentak 2024 saat Musim Paceklik, Harga Beras Bakal Melonjak?

Untuk stok cadangan beras pemerintah (CBP), saat ini Bulog sudah menguasai sekitar 1,4 juta ton.

Baca Selengkapnya
Jelang Hari Pencoblosan Pemerintah Setop Penyaluran Bansos, Ini Alasannya

Jelang Hari Pencoblosan Pemerintah Setop Penyaluran Bansos, Ini Alasannya

Penyaluran bansos beras kemasan 10 kg dihentikan sementara pada 8-14 Februari 2024.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Stok Beras Bulog 1,4 Juta Ton, Aman untuk Libur Natal dan Tahun Baru

Stok Beras Bulog 1,4 Juta Ton, Aman untuk Libur Natal dan Tahun Baru

Pemerintah melalui Bapanas menugaskan Bulog untuk melaksanakan 2 instrumen utama untuk mengantisipasi gejolak harga beras.

Baca Selengkapnya
Bulog Pastikan Stok Beras untuk Nataru Aman

Bulog Pastikan Stok Beras untuk Nataru Aman

Stok yang dikuasai BULOG saat ini ada sebanyak 1,4 juta ton.

Baca Selengkapnya
Usai Pencoblosan, Bulog Kembali Salurkan Bansos Beras 10 Kg di Bogor

Usai Pencoblosan, Bulog Kembali Salurkan Bansos Beras 10 Kg di Bogor

Penghentian penyaluran bansos beras dilakukan untuk menghindari politisasi terhadap program pemerintah.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Izinkan Lagi Bulog Impor Beras 1,6 Juta Ton di 2024, Ini Alasan Kemendag

Pemerintah Izinkan Lagi Bulog Impor Beras 1,6 Juta Ton di 2024, Ini Alasan Kemendag

Tambahan kuota impor ini jadi pelengkap izin impor sebanyak 2 juta ton yang sudah diproses lebih dahulu.

Baca Selengkapnya
Indonesia Kembali Impor Beras di 2024, Jumlahnya 2 Juta Ton

Indonesia Kembali Impor Beras di 2024, Jumlahnya 2 Juta Ton

Upaya Bulog untuk mendatangkan impor beras kali ini akan jauh lebih mudah dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Selengkapnya
Presiden Jokowi: Data Penerima Bantuan Pangan Bulog Ditambah 8 Persen

Presiden Jokowi: Data Penerima Bantuan Pangan Bulog Ditambah 8 Persen

Presiden Jokowi menyampaikan kenaikan jumlah penerima bantuan untuk alokasi mulai awal tahun 2024 sebesar 8% dari data penerima sebelumnya.

Baca Selengkapnya