Bukan Dampak Turki, Menko Darmin Lebih Khawatirkan Defisit Neraca Perdagangan RI
Merdeka.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tengah melakukan intervensi moneter di negaranya untuk menjaga kestabilan ekonomi jelang pemilihan presiden mendatang. Berbagai intervensi moneter dilakukan oleh Erdogan, terbaru pengenaan biaya untuk investor yang menukar mata uang asing dengan Lira selama periode tertentu yang melampaui 1.000 persen.
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan kebijakan tersebut tidak akan berdampak besar terhadap negara berkembang atau emerging market termasuk Indonesia. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini cukup bagus.
"Kita pertumbuhannya bagus. Karena itu (pertumbuhan ekonomi) kan memang sebetulnya ada masalah di mereka. Kalau kita pertumbuhannya oke, inflasi oke, penurunan kemiskinan turun, gini rasio turun," ujar Menko Darmin di Kantornya, Jakarta, Jumat (29/3).
Menko Darmin melanjutkan, saat ini yang harus diwaspadai adalah neraca perdagangan Indonesia yang masih defisit. Meski demikian, defisit neraca perdagangan ini belum berdampak besar terhadap neraca pembayaran Indonesia.
"Paling-paling kalau mau dilihat neraca perdagangannya masih besar tapi tidak besar amat. Kalau dia besar ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan. Neraca perdagangan sambungannya ke pembayaran. Neraca pembayaran tidak ada persoalan," jelasnya.
Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, pemerintah akan terus mengupayakan perbaikan neraca perdagangan melalui penerimaan sektor jasa. Sehingga ke depan, neraca pembayaran tidak terganggu.
"Kalau anda bicara neraca pembayaran anda harus maju dengan transaksi jasa sehingga neraca transaksi berjalan dan transaksi modal serta finansial. Masuknya dana banyak sehingga total neraca pembayarannya malah positif," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaRupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaJokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024
Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaInvestasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaPemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaPaparkan Realisasi Investasi, Menteri Bahlil: Mudah-mudahan Saya Enggak Dikasih Nilai 11/100
Dia berharap agar penerus kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mempertahankan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Baca Selengkapnya