BI Diprediksi Tetap Pertahankan Suku Bunga Acuan 4 Persen
Merdeka.com - Ekonom sekaligus Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah memprediksi Bank Indonesia (BI) akan kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 4 persen. Meski ruang penurunan suku bunga acuan dinilai masih terbuka dalam jangka pendek ini.
"Saya perkirakan BI akan mempertahankan suku bunga pada RDG ini. Walaupun BI punya ruang untuk menurunkan suku bunga karena nilai tukar Rupiah stabil cenderung menguat," ujar dia ketika dihubungi Merdeka.com, Kamis (19/11).
Piter mengatakan, keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan tersebut didasarkan pada belum maksimalnya respon perbankan terhadap pemangkasan BI7DRR yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga BI perlu memberikan waktu kepada perbankan untuk merespon terlebih dahulu suku bunga acuan yang sudah turun sepanjang tahun ini.
"Jadi, saya perkirakan BI akan menunda penurunan suku bunga sampai dengan tahun depan," tutupnya.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede masih terbukanya ruang penurunan suku bunga acuan BI didukung oleh kondisi keseimbangan eskternal yang tetap terjaga sedemikian baik. Sehingga mendorong stabilnya rupiah serta rendahnya tingkat inflasi yang masih mengindikasikan lemahnya permintaan domestik.
Selain itu, surplus neraca perdagangan bulan Oktober yang tercatat tinggi sekitar USD 3,61miliar, mengindikasikan kebutuhan impor terutama impor bahan baku masih cenderung rendah. Ini mempertimbangkan kondisi kapasitas produksi yang belum pulih sejak pandemi COVID-19.
"Hal tersebut terindikasi dari aktivitas manufaktur Indonesia bulan Oktober yang masih tercatat dalam fase kontraktif. Dimana volume impor non-migas pada bulan Oktober tercatat turun 5,9 persen dari bulan sebelumnya. Kapasitas produksi yang belum mengindikasikan perbaikan secara signfikan tersebut, merefleksikan sisi permintaan perekonomian yang masih lemah," paparnya.
Sehingga, kinerja manufaktur pada kuartal IV-2020 secara keseluruhan belum mengindikasikan adanya tren perbaikan yang signifikan. Mengingat sisi permintaan domestik yang masih cenderung lemah mempertimbangkan keyakinan konsumen yang belum pulih, sekalipun mobilitas masyarakat terus menunjukkan tren perbaikan.
Josua menambahkan, lemahnya permintaan domestik tercermin juga dari permintaan kredit yang lesu, tetapi pada saat yang sama dana pihak ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh lebih tinggi. Padahal, BI telah menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 100 basis poin (bps) sepanjang tahun ini. Namun, penurunan suku bunga perbankan tidak secepat penurunan suku bunga acuan.
"Penurunan rata-rata tertimbang suku bunga deposito sebesar 113 bps dan rata-rata suku bunga kredit 86 bps. Penurunan itu saja belum dapat mendorong permintaan kredit mengingat aktivitas produksi belum pulih signifikan karena sisi permintaan yang masih lemah," ucapnya.
Oleh sebab itu, dia menilai penurunan suku bunga acuan lebih lanjut saat ini diperkirakan belum dapat mendongkrak kembali permintaan kredit. Alhasil stimulus kebijakan fiskal diperkirakan akan dapat mengungkit sisi permintaan perekonomian.
"Peran kebijakan fiskal yang bersifat countercyclical masih diperlukan di tengah kondisi pandemi COVID-19 dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga. Sekiranya kebijakan fiskal tersebut dapat mendorong sisi permintaan perekonomian, yang dapat berimplikasi pada peningkatan aktivitas produksi, maka penurunan suku bunga kebijakan dapat bekerja lebih produktif lagi untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," tutupnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaPemerintah Prediksi Perputaran Uang Saat Musim Libur Lebaran Tembus Rp276 Triliun
Pemerintah memperkirakan perputaran uang selama musim lebaran tahun ini bisa mencapai Rp276 triliun.
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaPerputaran Uang Musim Libur Natal dan Tahun Baru Diprediksi Tembus Rp80.250 Triliun
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah orang yang akan bepergian di musim libur akhir tahun mencapai 107 juta orang.
Baca Selengkapnya