Merdeka.com - J&T Cargo mengukuhkan posisinya sebagai entitas bisnis logistik yang mumpuni. Tak lebih dari dua tahun, J&T Cargo sudah memiliki sekitar 3.200 outlet.

Network Management Manager, M. Said Abdullah mengatakan, dari total outlet yang tersebar, 93 persen outlet dikelola oleh mitra, sedangkan 7 persen outlet dikelola oleh J&T Cargo.

"Dulu di awal kita launching outlet kita tuh, 500 outlet tapi itu pun gabung dengan outlet J&T express. Sekarang sudah 3.200 outlet 93 persen itu mitra, 7 persen outlet yang dikelola J&T Cargo," ujar Said di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (21/2).

Said menjelaskan alasan pengelolaan outlet J&T Cargo didominasi oleh mitra, yaitu agar beban biaya logistik tidak sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan. Namun, skema ini tidak otomatis sebagai "lepas tangan" peran perusahaan.

Said mengatakan, para mitra J&T Cargo tetap mendapatkan keuntungan menarik, satu di antara benefit menarik yaitu mitra mendapatkan komisi 40 persen, mendapatkan promo biaya pengirimab kargo dan sebagainya.

Seiring bertambahnya jumlah outlet, tonase kargo yang setiap hari diangkut oleh J&T Cargo turut bertambah. Said mengungkapkan, di awal peluncuran J&T pada Agustus 2021, tonase cargo hanya mencapai 20-25 ton. Hingga pada akhir tahun, J&T Cargo mencatat angka tertinggi yaitu sekitar 2.200 ton.

Capaian tersebut dibarengi dengan peak season, sekaligus promo menarik yang diberikan oleh J&T Cargo. Dulu tonase awal saya masih ikuti 20-25 ton sehari. Tertinggi di akhir tahun lalu di peak season dan kita juga ada promo itu kita sekitar 2.200 ton pada hari itu tertingginya.

Said juga berharap, pada momentum Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023, industri otomotif dapat memanfaatkan layanan J&T Cargo sebagai penunjang bisnis. Bahkan, Said mengatakan, pada momen IIMS 2023 diharapkan outlet akan terus bertambah.

"Goals kita kali ini menarik audience dan tentu bertambah outlet," pungkasnya.