Merdeka.com - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mengupayakan pergerakan pasar saham domestik tetap berjalan dengan semestinya untuk menghindari hal-hal berbahaya. Upaya itu dilakukan manajemen dengan memantau pergerakan saham domestik dengan menjalankan protokol manajemen krisis (crisis management protocol atau CMP).

Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Uriep Budhi Prasetyo mengungkapkan pihaknya memiliki indikator dan tahapan yang dapat dilakukan ketika pasar bergejolak. "Kami terus mengawasi tentunya dengan menjalankan sesuai CMP," ujarnya saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (21/6).

Dia menambahkan, jika pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami penekanan hingga lima persen maka pihaknya akan segera menunjukkan sinyal tanda bahaya. "Kami punya alat yang memberi sinyal bahaya itu 'pop up', jelas dia.

Namun jika indeks mengalami tekanan hingga tujuh persen maka otoritas BEI akan mengadakan rapat dan segera mengambil keputusan dan akan melaporkan kepada pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Situasi itu mengakibatkan transaksi saham tidak bisa dilakukan dan ditarik (withdraw)," tegasnya.

Jika setelah 30 menit dilakukan penghentian transaksi (hold) dan indeks kembali turun maka BEI akan kembali menghentikan perdagangan saham secara keseluruhan (suspensi). "Jika IHSG turun hingga 10 persen lebih maka kebijakan akan diambil langsung oleh OJK," ungkap dia.

Kendati demikian, Uriep mengaku pihaknya terus berkoordinasi dengan OJK dalam hal protokol manajemen krisis. Sementara BEI memiliki indikator pergerakan indeks. "Kondisi itu nantinya dapat diberikan status netral, waspada dan krisis," tutupnya.