Merdeka.com - Senior Vice President ( SVP) Bussiness Operation Pertamina, Yanuar Budi Hartanto angkat suara terkait mundurnya target digitalisasi SPBU yang mulanya ditarget rampung di akhir 2018, kemudian mundur ke Agustus 2020. Menurut dia, salah satunya disebabkan kondisi SPBU yang sudah tua, sehingga menghambat konektivitas IT.

Yanuar menjelaskan, dengan kondisi SPBU yang sudah tua, maka perlu pengadaan baru yang mampu berintegrasi dengan IT, dan ini memakan waktu.

"Kondisi SPBU yang tua-tua memang agak PR, ya," ujar dia dalam konferensi pers pelaksanaan program digitalisasi SPBU di Gedung BPH Migas, Rabu (8/7).

"Tapi intinya, untuk penggantian peralatan itu kita minta kepada pengusaha SPBU. Jadi pengusaha SPBU dengan peralatan yang tua-tua itu dan tidak bisa terintegrasi dengan IT yang kita sekarang terapkan, mereka melakukan perhitungan (manual)," sambung Yanuar.

Yanuar menambahkan, bahwa target digitalisasi terintegrasi menyeluruh di SPBU pada Agustus 2020, setelah sebelumnya mengalami beberapa perubahan tenggat waktu penyelesaian sejak awal ditargetkan selesai pada Desember 2018.

"Kemudian untuk target Agustus itu selesai semua terintegrasi. Jadi semuanya terintegrasi bulan Agustus 2020," kata dia.

Terkendala Instalasi

Secara material, Yanuar menyebutkan bahwa semuanya sudah tersedia di lapangan. Hanya saja saat ini terkendala dengan instalasi maupun imigrasi dari peralatan. Selain itu, dispenser yang sudah tua harus juga diperbaharui terlebih dahulu.

"Dispenser yang tidak bisa terkoneksi tadi untuk peralatan yang sudah tua, kita harus ganti dulu, mungkin perlu waktu juga untuk pengadaan dari masing-masing SPBU," beber Yanuar.

Kemudian, juga terkait dengan aturan-aturan dari Pemerintah Daerah setempat bahwa selama pandemi Covid-19 ini diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Menurut Yanuar, hal ini juga menjadi kendala.

"Juga ada SPBU yang pada waktu akan kita pasang sedang dilakukan renovasi," imbuh dia.

Reporter: Pipit Ika

Sumber: Liputan6.com