Bank Dunia anggap pencapresan Jokowi beri kepastian investor
Merdeka.com - Bank Dunia sepakat dengan asumsi bahwa kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan penguatan Rupiah akhir pekan lalu didorong berita kesediaan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menjadi calon presiden.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop melihat, kabar itu mengakhiri spekulasi yang sejak lama jadi kasak-kusuk.
"Reaksi pasar dapat diinterpretasikan sebagai akhir dari ketidakpastian selama ini. Kita tahu, investor sudah lama penasaran, apakah Jokowi akan dinominasikan sebagai calon presiden. Ketika kabar itu muncul, respon mereka positif," saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (18/3).
Walaupun respons pasar sementara positif, Bank Dunia mengingatkan dampaknya bisa berubah setelah muncul penjelasan mengenai ideologi dan visi Jokowi terhadap beberapa isu. Terutama perekonomian.
Visi calon presiden, menurut lembaga keuangan internasional itu amat menentukan pilihan sikap investor, terutama dari luar negeri.
"Karenanya kita tinggal menunggu saja apa rencana kebijakan calon yang sudah diumumkan ke publik," kata Ndiame.
Masih soal Jokowi, Ekonom Utama dan Manajer Sektor Bank Dunia Indonesia Jim Brumby mengingatkan, sang gubernur populer itu memang memberikan kepastian soal sosok calon presiden di masa mendatang. Pasar sekarang, menurutnya sudah mampu meraba arah perkembangan ekonomi ke depan.
"(Majunya Jokowi) tentu bukan cerminan dari hasil pemilu. tapi paling tidak ada satu patokan yang kini bisa dipakai pasar untuk merespon keadaan di masa mendatang," kata Jim.
Di sisi lain, bila IHSG masih ada potensi menguat jelang pemilihan umum April mendatang, Ndiame mengingatkan tidak demikian halnya dengan nilai tukar.
Alasannya, pergerakan Rupiah akan sangat ditentukan oleh arus modal luar negeri, baik lewat investasi langsung maupun portofolio.
"Masih ada beberapa pergerakan yang volatilitasnya tinggi. Terutama portofolio, yang bila volumenya turun jelang pemilu, maka Rupiah akan terdampak," paparnya.
Bank Dunia meramalkan pada pelaksanaan pemilu mendatang, konsumsi rumah tangga akan meningkat pada April dan Juli. Level rerata indeks konsumsi pada 2014 diramalkan tumbuh sebesar 6,2 persen. Skenario itu bisa berubah, jika perbankan mengetatkan rasio bunga pinjaman.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi Senang Banyak Investor Swasta Masuk IKN
Menurutnya, optimisme swasta berperan untuk menggerakan ekonomi nasional.
Baca SelengkapnyaInvestasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaJokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024
Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Terima Banyak Keluhan dari Investor soal Kecepatan Investasi di IKN, Ini Arahan Jokowi ke Para Menteri
Jokowi juga memerintahkan agar status lahan bagi investor segera ditetapkan dan diperjelas. Basuki menuturkan Jokowi akan memonitor arahan-arahan tersebut.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi Bertemu Pengusaha dan Investor di Vietnam, Ini Dampak bagi Indonesia
Jokowi menyoroti pentingnya kolaborasi sektor bisnis untuk mewujudkan visi bersama kedua negara.
Baca SelengkapnyaPaparkan Realisasi Investasi, Menteri Bahlil: Mudah-mudahan Saya Enggak Dikasih Nilai 11/100
Dia berharap agar penerus kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mempertahankan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKemenko Perekonomian: Pengusaha Tahan Investasi Sampai Ada Presiden Terpilih
Memasuki tahun politik 2024, banyak investor yang mempertanyakan peluang berinvestasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi Soroti Kredit Bank Masih Rendah ke UMKM, Baru Capai 19 Persen
Padahal, lanjut Jokowi, dukungan kredit perbankan amat diperlukan pelaku UMKM dalam menjalankan maupun mengembangkan skala bisnisnya.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Kritik Jokowi: Utang Swasta dan BUMN Hampir USD200 Miliar
Menurut Hasto, jika kedua utang itu digabung, Indonesia ke depan berpotensi menghadapi masalah serius.
Baca Selengkapnya