Merdeka.com - PT Bakrie Development Tbk dikabarkan tertarik menggarap proyek kereta batubara di Kalimantan Tengah. Salah satu perusahaan di bawah holding Bakrie and Brothers tersebut tengah bersaing dengan investor asing untuk bisa menggaet proyek yang rencananya mulai dikerjakan pada akhir tahun depan.

Deputi bidang sarana dan prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Dedi Priatna menyebutkan, proyek ini merupakan bagian dari proyek masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) dengan skema pendanaan kerjasama pemerintah dan swasta atau yang lebih dikenal dengan public private partnership (PPP). Dia menyebutkan, investor yang kepincut untuk menggarap proyek ini rata-rata adalah perusahaan migas.

Setidaknya ada 16 investor yang ikut pra kualifikasi tender dan yang berhasil lolos seleksi awal enam investor. Dari hasil seleksi berikutnya, ada empat investor yang membentuk konsorsium yang lolos, yakni Itochu Toll Consortium, Dry-docks World LLC- PT MAP Resources Indonesia Consortium, PT Bak-rie-SNCLavalin-Thyssencrupp Consortium, dan China Railways Group Iimited-PT Mega Guna Ganda Se-mesta-PT Royal Energi Consortium.

"Ada 4 bidder (penawar). Salah satunya Bakrie Development. Ada Itochu Corporation dari Jepang, lalu ada dari China, dan ada juga yang Inggris," ungkap Dedi usai rapat koordinasi di kantor Kementerian bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (17/7).

Sejauh ini, kelompok usaha milik Aburizal Bakrie ini telah menancapkan kuku untuk menggarap sejumlah proyek infrastruktur, seperti jalan tol Ciawi-Sukabumi, Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, Batang-Semarang, Pasuruan-Probolinggo, dan Cimanggis-Cibitung.

Sedangkan China Railways Group Limited merupakan operator kereta Tiongkok, yang juga akan menggarap proyek kereta api batubara dari Tanjung Enim di Sumatera Selatan hingga Bandar Lampung, dengan nilai sekitar USD 1,3 miliar (Rp 11,69 triliun). China Railways bekerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (BA) untuk membangun rel sepanjang 307 kilometer (km) tersebut, dengan membentuk perusahaan patungan bernama PT Bukit Asam Transpacific Railways (BATR).

Proyek kereta batubara di Kalimantan Tengah dengan rute Puruk Cahu-Bangkuang sepanjang 185 kilometer (km) diperkirakan membutuhkan total investasi hingga mencapai USD 2,3 miliar atau sekitar Rp 21 triliun.

Namun, nilai investasi tersebut diperkirakan meningkat. Alasannya ada pergantian rute jalur kereta, sehingga nilainya mengalami perubahan. "Kemungkinan ganti rute sampai USD 2,5-3 miliar," jelasnya.

Dedi menuturkan, pada April-Mei tahun depan diharapkan sudah tandatangan kontrak. Setelah diberi tenggang waktu 6 bulan hingga 1 tahun untuk financial close, Oktober-November diharapkan sudah mulai dibangun.

Peran pemerintah dalam proyek ini adalah penjamin saja. "Jaminan pemerintahnya PT. Penjamin Infrastruktur Indonesia (PII) itu. Yang sekarang me-review proyeknya PII," jelasnya.