Apa kabar swasembada sapi lokal?
Merdeka.com - Pemerintah telah menyampaikan komitmennya untuk memenuhi kebutuhan daging sapi dan kerbau dengan kemampuan sendiri dan tidak lagi mengandalkan pasokan dari negara lain.
Kebijakan menekan impor sapi sudah diberlakukan sejak 2010. Dengan harapan, pada 2014 mendatang, Indonesia hanya mengimpor 85.000 ekor sapi dari saat ini yang mencapai 260.000 ekor sapi atau setara 460.000 ton daging sapi.
Langkah menekan impor saja tidak cukup tanpa dibarengi dengan peningkatan produktivitas peternakan sapi lokal. Dalam masterplan program kerja Kementerian Pertanian, salah satu kegiatan prioritas pemerintah adalah memberi insentif dan penyelamatan sapi betina produktif dan pendistribusian induk sapi.
Selain itu, diperlukan peran serta tenaga ahli yang berasal dari kalangan akademisi, khususnya yang fokus pada peternakan. Program lain yang digagas adalah memaksimalkan fasilitas dan optimalisasi kinerja rumah potong hewan.
Dengan demikian, target penyediaan daging sapi domestik bisa ditingkatkan dari 280.000 ton daging saat ini atau 70 persen dari kebutuhan konsumsi nasional, menjadi 420.000 ton pada tahun 2014 atau 90 persen dari konsumsi. Mampukah pemerintah mewujudkan itu?
Pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin mengungkapkan, saat ini masih ada sejumlah permasalahan terkait persoalan konsumsi dan pasokan daging sapi di Tanah Air.
Data Sensus Juli tahun 2011 menyebutkan bahwa Indonesia mempunyai 15,6 juta ekor sapi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, kata Bustanul, sesungguhnya tidak ada alasan bagi pemerintah mendatangkan sapi impor.
"Seharusnya dengan sapi sebanyak itu kita bisa memenuhi kebutuhan konsumsi daging nasional," kata Bustanul ketika dihubungi merdeka.com, akhir pekan lalu.
Namun jumlah sapi nasional tersebut justru menimbulkan pertanyaan ketika di pasaran masih terjadi kekurangan stok daging.
Menurut Bustanul di titik inilah ada persoalan struktur perdagangan yang tidak terbuka. Dia menuding, ada permainan di belakang upaya swasembada daging sapi nasional. "Kalau importir tentu bilangnya stok daging tidak mencukupi jadi harus impor terus," ungkap Bustanul.
Dia juga menyebutkan, struktur perdagangan yang tidak sehat ini juga disebabkan adanya pihak yang menahan sapi itu tidak dipotong. Jika sapi tidak dipotong, otomatis pasokan daging sapi berkurang.
"Selain itu, penggemukan sapi juga tidak terjadi, peternak juga menahan sapi tidak dipotong supaya harga naik. Itulah yang terjadi selama ini. Pemerintah sulit mengontrol hingga ke kandang-kandang" katanya.
Bustanul mengapresiasi komitmen pemerintah mengurangi kuota impor dengan tujuan mewujudkan swasembada daging sapi. "Sampai 2014 ini jatah kuota impor terus dikurangi. Saat ini di pasaran 70 persen dipenuhi daging sapi lokal dan 30 persennya impor. Sekarang 22 persennya sudah dikurangi," paparnya.
Strategi mewujudkan swasembada daging sapi lokal juga sempat disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Salah satunya dengan program BUMN Sa-Sa (Sawit-Sapi) di wilayah Sumatera.
Dijelaskannya, program ini merupakan kolaborasi di mana ternak sapi akan ditaruh di perkebunan-perkebunan sawit. Pertimbangan ditaruhnya sapi di kebun sawit lantaran mudah mendapatkan makanan bagi sapi dengan cuma-cuma atau gratis.
Dahlan juga mengaku telah menyampaikan usulan program tersebut kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pemerintah membidik pengembangan peternakan di wilayah timur Indonesia.
BUMN berencana mendatangkan sapi dari Bali, Lombok, Lampung, dan Jawa Timur. Dengan program ini, Mantan Dirut PLN tersebut menargetkan bisa menekan impor sapi. Diperkirakan, jika berhasil, impor sapi hanya 100.000-150.000.
"Supaya impor ternak jangan terlalu besar, tidak impor sama sekali tidak mungkin karena sekarang ini konsumen kita banyak yang memerlukan daging dengan kualitas tertentu. Itu terpaksa impor. Tetapi jangan terlalu besar lah. Tahun lalu kita impor sapi 350.000 ekor. Saya hanya bantu Mentan bagaimana mengadakan sapi di dalam negeri," jelasnya beberapa waktu lalu.
(mdk/oer)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia Bakal Impor 2.350 Ekor Sapi Asal Australia
Daging sapi di pasaran langka hingga sebabkan kenaikan harga, hal ini jadi biang keladinya.
Baca SelengkapnyaSebelum Buka Keran Impor, Pemerintah Diingatkan untuk Utamakan Sapi Lokal
Timing dari impor tersebut juga harus dipikirkan Kementerian Perdagangan RI.
Baca SelengkapnyaSiap-Siap, Daging Sapi Bakal Langka dan Makin Mahal Saat Ramadan hingga Lebaran
Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) menyebut stok daging sapi terancam langka saat bulan Ramadan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ingat, Kuota Impor Daging Sapi Harusnya Mengacu Rekomendasi Kementerian Pertanian
Dalam tugasnya Kemendag akan mengeluarkan persetujuan impor. Kemudian, Bapanas bertugas untuk memberikan penugasan impor tersebut.
Baca SelengkapnyaTak Banyak yang Tahu, Cara Simpel Ini Ampuh Cegah Koper Hilang Saat Bepergian
Potensi kehilangan koper atau bahkan isi koper sangat mungkin terjadi dalam perjalanan apapun.
Baca SelengkapnyaMengenal Upacara Bekarang Iwak, Tradisi Menjaga Ekosistem Lingkungan ala Masyarakat Sumatra Selatan
Tradisi masyarakat Sumatra Selatan ini tak hanya menjadi kearifan lokal, melainkan juga bermanfaat untuk menjaga ekosistem alam.
Baca SelengkapnyaLuhut Akui Ada Tenaga Kerja Asing di Proyek Hilirisasi: Jumlahnya 15 Persen Saja
Luhut memastikan porsi TKA itu nantinya akan berkurang seiring dengan banyak dilatihnya SDM lokal untuk industri hilirisasi.
Baca SelengkapnyaTingkatkan Taraf Hidup Masyarakat, Ini Dilakukan Proyek Strategis Nasional IWIP di Kawasan Industri
Tingkatkan Taraf Hidup Masyarakat, Ini Dilakukan Proyek Strategis Nasional IWIP di Kawasan Industri
Baca SelengkapnyaIndonesia Kembali Impor Beras di 2024, Jumlahnya 2 Juta Ton
Upaya Bulog untuk mendatangkan impor beras kali ini akan jauh lebih mudah dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Selengkapnya