Alasan Investasi Lebih Penting Ketimbang Menabung
Merdeka.com - Direktur Presiden Direktur Interim Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Afifa memaparkan perbedaan antara investasi dan menabung. Menurutnya, investasi dapat menambah daya beli masyarakat dan dapat membantu masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan inflasi yang terjadi setiap tahunnya serta memberikan tren positif dalam peningkatan daya beli.
"Misalnya, harga sapi itu sekarang sekitar Rp75 ribu. Dalam waktu setahun ke depan mungkin harganya mungkin bakalan sama. Tetapi, kalau 10 tahun berikutnya bisa jadi sudah nambah dua kali lipatnya karena inflasi. Kalau duit yang kita tabung segitu-segitu saja, bisa jadi saya beli kita jadi menurun dan tidak bisa beli daging sapi lagi," paparnya dalam webinar Basic Investment yang diadakan oleh MAMI, Sabtu (24/10).
Dia menjelaskan, menabung sendiri di rumah dengan celengan atau di bawah bantal tidak akan menambah nilai uangnya. Kemudian, jika menabung di bank, nasabah memang akan mendapat bunga setidaknya 5 persen. Namun, hal ini juga dapat menyebabkan masyarakat memiliki simpanan uang yang pas-pasan.
Sementara itu, kebiasaan menabung lebih condong berguna untuk menutupi kebutuhan jangka pendek, seperti pembayaran dana pendidikan, uang bulanan listrik, dan kebutuhan yang sifatnya harian.
Sehingga, jika uangnya berencana disimpan untuk jangka panjang, para nasabah disarankan untuk melakukan investasi. Baginya, jika uangnya hanya sekadar ditabung, nasabah dapat kehilangan kesempatan mendapat keuntungan atau opportunity gain.
"Kalau investasi, dalam 20 tahun ke depan, kita bisa ambil asumsi bahwa nanti bakal ada return 15 persen. Tabungan kita yang Rp100 ribu, dapat berkembang biak, mungkin mencapai Rp1,6 juta di 10 tahun kemudian. Alhasil, kita tidak pas-pasan, malah bisa beli daging sapi dan printilan-printilan lainnya," imbuhnya.
Di saat pandemi seperti sekarang, Afifa mengakui bahwa reksadana saham lebih terkoreksi karena absennya investor asing. Hal ini disebabkan mereka lebih melirik prospek ke negara lain dengan penanganan covid-19 yang lebih memadai.
"Ketika vaksin sudah ditemukan dan masyarakat sudah lebih awas terhadap protokol kesehatan, maka prospek ekonomi di depan juga akan lebih baik," jelasnya.
Meskipun masih menunggu kestabilan ekonomi, obligasi maupun saham masih memiliki tren positif dan berpotensi baik untuk dijadikan simpanan jangka panjang.
Perbedaan Saham dan Obligasi
Adapun, saham dan obligasi memiliki perbedaan tersendiri. Afifa memaparkan beberapa perbedaan antara obligasi dan saham. Menurutnya, secara umum, obligasi merupakan surat utang, sedangkan saham adalah surat tanda kepemilikan suatu perusahaan.
Obligasi merupakan surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan ataupun pemerintah. Di dalamnya, terkandung identitas dari perusahaan yang mengeluarkan surat utangnya, besaran utang, serta kupon atau bunga.
"Ilustrasi gampangnya adalah, misalnya anda berniat membuat usaha minuman. Namun, nggak punya modal yang cukup. Akhirnya, Anda pinjam uang ke teman-teman Anda. Nantinya, ketika usaha jual limun Anda sudah mencukupi, Anda harus mengembalikan bunga pokok pinjaman pada teman-teman Anda," jelas Afifa.
Dalam obligasi, yang memiliki hak operasional hanya pemiliknya. Obligasi memiliki kaitan erat dengan naik turunnya suku bunga. Ketika suku bunga nasional naik, selisih antara suku bunga obligasi dan suku bunga pasar akan menjadi lebih sedikit. Alhasil, harga obligasi biasanya akan lebih turun.
"Kalau harga obligasi turun, maka tingkat keuntungan (yield) nya akan memberikan harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika suku bunga turun, otomatis harga obligasi naik dan yieldnya turun," jelasnya.
Berbeda dengan obligasi, pemegang saham memiliki hak untuk ikut mengatur operasional perusahaan, asal memegang paling tidak 60 persen saham perusahaan. Kemudian, jika obligasi bergantung pada kenaikkan suku bunga, keuntungan saham bergantung pada perusahaan. Nantinya, sebagian keuntungan itu akan dibagikan pada pemegang saham melalui dividen.
"Sehingga, kalau perusahaannya lagi nggak untung, pada pemegang saham nggak akan dapat menikmati dividen," simpul Afifa. Saham juga memiliki kapitalisasi pasar yang terdiri dari small cap (di bawah Rp10 triliun), mid cap (di antara Rp10-20 triliun), dan big cap (di atas Rp50 triliun).
Reporter Magang: Theniarti Ailin
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Investasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca Selengkapnya5 Macam Reksa Dana yang Menarik Dipilih Sebagai Instrumen Investasi Alternatif
Anda bisa menginvestasikan dana yang dimiliki dalam bentuk saham, obligasi dan pasar uang.
Baca SelengkapnyaBebas Finansial Tak Lagi Mimpi, Wujudkan Bersama BRI Prioritas
Selagi ada sumber daya dan tekad yang kuat untuk mencapainya, kebebasan finansial sangat mungkin untuk diraih lebih cepat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Patut Dicoba, Begini Resolusi Investasi 2024 untuk Masyarakat Berusia 18-35 Tahun
Masyarakat Indonesia diajak dan diingatkan untuk konsisten dan bijaksana dalam membuat Keputusan investasi.
Baca SelengkapnyaPengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor
Ekonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Bakal Naik Usai Pemilu 2024
Terdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaKarena Hal Ini, Enam Perusahaan Properti dan Pendidikan Siap Investasi di IKN
Dinamika minat investasi pada IKN meningkat, apalagi pemerintah menjamin risiko demand pada tahap awal.
Baca SelengkapnyaMenteri Bahlil: Ada Investor Asing Masuk IKN Bawa Uang Rp50 Triliun
Pemerintah akan membuka investasi untuk asing di IKN pada tahap kedua.
Baca SelengkapnyaPemilu Satu Putaran Dinilai Berdampak Baik ke Investasi, Ini Alasannya
Pemilu 2024 akan diselenggarakan secara serentak pada Rabu, 14 Februari 2024.
Baca Selengkapnya