Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Akses Internet Tak Merata Jadi Kendala Penerapan Belajar dari Rumah di Tengah Pandemi

Akses Internet Tak Merata Jadi Kendala Penerapan Belajar dari Rumah di Tengah Pandemi Internet. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Data Dabeco.com mencatat bahwa Indonesia masuk dalam daftar 10 negara di dunia yang sudah melakukan pendidikan berbasis online pada rentang tahun 2014-2016. Namun, banyak hal yang perlu diperhatikan saat diberlakukannya belajar dari rumah, terutama di tengah pandemi Covid-19 ini.

Analis Kebijakan Ahli Madya Ditjen PAUD Dikdasmen, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Suhadi mengatakan, infrastruktur pelaksanaan belajar-mengajar dari rumah harus didukung dengan teknologi yang bagus. Misalnya komputer/laptop, telepon genggam (HP) dan jaringan internet yang stabil.

Sayangnya, infrastruktur yang dibutuhkan tersebut belum tentu dimiliki oleh semua masyarakat. Sebab tidak semua masyarakat memiliki kemampuan menyediakan infrastrukturnya.

"Apakah semua masyarakat punya kemampuan membeli atau berlangganan internet?," kata Suhadi dalam Dialog Publik YLKI secara virtual, Jakarta, Rabu, (20/5).

Suhadi melanjutkan, keterbatasan tersebut harus disikapi bersama oleh para pemangku kebijakan. Selain itu, terkait jaringan internet, tidak semua memiliki akses yang sama.

Di wilayah perkotaan, akses internet mungkin tidak terlalu jadi hambatan. Namun, di beberapa wilayah yang jauh dari jangkauan internet termasuk wilayah 3T ini akan menjadi masalah. Mereka yang ada di wilayah ini akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran.

Masalah ini pernah jadi bahan diskusi di internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pihaknya ingin menyediakan layanan internet di berbagai wilayah yang tidak tersentuh oleh provider seluler.

Proyek Sempat Berjalan dan Dibatalkan

Secara spesifik, proyek ini pernah berjalan pada tahun 2002 dan tahun 2004. "Kita bangun alat (jaringan seluler) di blind spot untuk koneksi internet," kata Suhadi,

Namun dalam perjalanannya, proyek ini dibatalkan karena subsidi pembangunan jaringan internet diputus pemerintah pusat. Sehingga program ini tak lagi berlanjut karena memakan biaya yang sangat mahal.

"Tapi biayanya mahal dan subsidi dicabut pemerintah jadinya drop," sambung Suhadi.

Selain menyiapkan infrastruktur, dalam proses belajar-mengajar secara online jua dibutuhkan keahlian dalam membuat konten belajar. Para tenaga pengajar dituntut untuk tak lagi gagap teknologi dan kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Alasannya, pembelajaran model virtual ini berbeda dengan proses belajar-mengajar secara tatap muka. Pemerintah juga harus bisa menyediakan konten pembelajaran yang bisa diakses oleh para warga sekolah baik guru maupun siswa.

Untuk itu, secara sumber daya manusia harus disiapkan. Terutama dalam menghadapi New Normal yang saat ini tengah berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Termasuk menyiapkan kemampuan siswa.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP