Agar ekonomi bisa tumbuh tinggi, Menkeu ingin DNI cepat selesai
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Chatib Basri, menyatakan defisit neraca transaksi berjalan yang dialami Indonesia lebih dari tujuh triwulan berturut-turut adalah imbas persoalan struktural. Karenanya, dia meminta pembahasan revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) dipercepat. Kebijakan itu termasuk dalam paket stimulus perbaikan ekonomi dari pemerintah jilid dua.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan tertahan di level 5,5-5,9 persen akhir tahun nanti.
"Pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen ini enggak bisa diupayakan dalam setahun. Solusinya dari sisi suplai. Dalam jangka panjang harus lancar, makanya kita coba tarik aliran modal asing, DNI harus direvisi," ujarnya di kantornya, Jumat (18/10).
Pemerintah sejauh ini sudah mengupayakan perbaikan jangka pendek, yakni menurunkan sisi permintaan, terutama lewat kebijakan moneter menaikkan suku bunga.
Khusus DNI, dia melihat bulan depan, harus sudah ada keputusan sektor apa saja yang boleh dimasuki investor asing. Sepengetahuan Chatib, daftar itu kini sudah berada di Menko Perekonomian, Hatta Rajasa. "Revisi DNI tinggal di Pak Hatta kok," cetusnya.
Dia mengingatkan, modal asing yang harus didapatkan Indonesia ke depan harus membantu sektor riil, bukan cuma portofolio sesaat. Sebab, kondisi global sekarang menandakan aliran modal kembali ke negara maju. Proses shutdown pemerintah Amerika juga tidak akan banyak membantu Indonesia.
"Modal yang masuk kalau itu kalau portfolio bisa keluar setiap waktu. Makanya dia harus masuk dalam bentuk foreign direct investment. Kalau ada yang mau investasi modalnya harus lebih kecil output-nya sama, dengan melakukan efisiensi," urai Chatib.
Selain investasi, Chatib berharap pemerintah bisa memaksimalkan potensi pembangunan infrastruktur untuk melancarkan sisi suplai. Dengan banyak membangun jalan, jembatan, dan proyek lain, dia yakin fundamental ekonomi Indonesia akan lebih baik.
"Dalam 2 tahun ke depan kan sudah ada UU pembebasan lahan, sehingga infrastruktur bisa dibenahi," ungkapnya.
Perkiraan Kemenkeu, pada 2014, dengan skenario reformasi struktural berjalan lancar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,8-6,1 persen. Dampak lebih positif dari perbaikan investasi dan infrastruktur diharapkan terjadi pada 2015, dengan prediksi mencapai 6 persen kembali.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia Tak Alami Deindustrialisasi, Ini Buktinya
Kontribusi tersebut diharapkan bisa menjadi modal utama untuk menarik lebih banyak investasi asing dengan tujuan dapat meningkatkan ekspor.
Baca SelengkapnyaStaf Ahli Wakil Presiden sebut Ketidakpastian Situasi Politik Akibat Pemilu 2024 Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Nurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.
Baca SelengkapnyaDinas Pariwisata Kaltim Siap Sukseskan Empat Agenda Besar Nasional
Dinpar Kaltim siap menyukseskan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) dalam empat agenda besar nasional.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor
Ekonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaDidorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?
Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaPolitik Dinasti Disebut Tak akan Berdampak Buruk ke Ekonomi, tapi Ada Syaratnya
Syaratnya adalah ada orang lain yang bukan bagian keluarga Kepala Negara tadi juga mendapatkan porsi dan hak yang sama.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen di 2024
Proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaIndonesia Butuh Suntikan Modal Asing untuk Percepatan Transisi Energi Baru dan Terbarukan
Dampak perubahan iklim global tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan juga seluruh negara di dunia.
Baca Selengkapnya