Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ada Pilpres AS, Rupiah Hari ini Ditutup Menguat ke Rp14.565 per USD

Ada Pilpres AS, Rupiah Hari ini Ditutup Menguat ke Rp14.565 per USD Nilai tukar rupiah menguat. ©Liputan6.com/Angga Yuniar

Merdeka.com - Rupiah ditutup menguat 20 point sore ini di level 14.565 dari penutupan sebelumnya di level 14.639. Pada perdagangan besok Rupiah kemungkinan akan dibuka fluktuatif dan menguat 10-70 poin. Namun, ditutup menguat sebesar 5-45 point di level 14.515-14.570.

Direktur Eksekutif PT Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai kondisi ini dipicu ketidakpastian hasil pemilu di Amerika Serikat. Sehingga menarik pelaku pasar kembali ke asset beresiko.

"Dengan hasil Pemilihan presiden sangat seimbang, pasar saat ini terus memantau perkembangan hasil Pilpres yang untuk sementara dimenangkan Joe Biden," kata Ibrahim kepada wartawan, Jakarta, Rabu (4/11).

Joe Biden dari Partai Demokrat telah diprediksi secara luas akan memenangkan suara. Namun, persaingan lebih ketat dari yang diharapkan. Sebab, petahana Donal Trump saat ini unggul di negara bagian Florida yang harus dimenangkan Biden.

Sementara itu, kepastian hasil yang jelas mungkin juga membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk diketahui. Sehingga berpotensi menyebabkan gangguan sosial yang parah.

"Pasar yang telah memperhitungkan kemenangan Biden juga telah melihat kemungkinan presiden Demokrat memberikan program stimulus Covid-19 yang besar, sehingga akan membantu memulihkan perekonomian paska Pandemi covid-19," tutur dia.

Disisi lain, pasar bersiap untuk kemungkinan hasil pemilihan mungkin tidak menjadi jelas pada hari Rabu. Untuk itu pasar melakukan lindung nilai terhadap risiko pemilihan yang diperebutkan atau proses yang berpotensi diundur saat surat suara dihitung.

Faktor Dalam Negeri

Dari sisi dalam negeri, menguatnya rupiah juga dipengaruhi oleh Pilpres Amerika Serikat. Sebab Indonesia mempunyai hubungan yang erat sejak negeri Paman Sam itu dipimpin Barack Obama.

Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan kepentingan perdagangan Indonesia-Amerika Serikat tetap membaik. Kemenangan Biden juga akan menjadi penentu nasib hubungan dagang tersebut.

"Ada harapan ekspor Indonesia akan kembali membaik seiring arus perdagangan dunia yang kembali semarak dan kemungkinan perang dagang akan dihentikan baik dengan China maupun Uni Eropa," kata dia.

Sebagai informasi, tahun 2019, ekspor Indonesia tumbuh negatif 6,85 persen akibat perang dagang AS-China. Tahun ini pun Ibrahim menilai masih akan minus karena permintaan yang lesu akibat karantina wilayah di berbagai negara untuk meredam penyebaran virus corona.

Namun, di awal tahun 2021, dengan kehadiran vaksin yang sudah di pasarkan dan didistribusikan ke semua negara dan bila Biden sudah menempati Gedung Putih, peruntungan Indonesia bisa berubah. "Bukan tidak mungkin ekspor Indonesia akan melesat pada 2021," kata dia.

Masih berlanjutnya penghitungan suara Pilpres di AS, investor kembali mencari investasi yang menguntungkan salah satunya pasar finansial dalam negeri. Hal ini bisa di lihat dari pergerakan arus modal asing yang sebelumnya keluar dari pasar kembali parkir di pasar finansial dalam negeri.

Gonjang-ganjing Pilpres di AS membawa berkah tersendiri bagi mata uang garuda. Sehingga Pemerintah dan Bank Indonesia tidak serta merta sibuk melakukan intervensi di pasar valas dan Obligasi dalam perdagangan DNDF.

(mdk/bim)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Rupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina

Rupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina

Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.

Baca Selengkapnya
Nilai Tukar Rupiah Berhasil Menguat di Akhir Tahun, Kalahkan Bath dan Ruppe

Nilai Tukar Rupiah Berhasil Menguat di Akhir Tahun, Kalahkan Bath dan Ruppe

Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dolar AS lebih baik dibandingkan dengan Bath Thailand hingga Ruppe India.

Baca Selengkapnya
Hati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara

Hati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara

Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Polri Catat 213 Kecelakaan Saat Arus Mudik Hari Ini, 23 Tewas dan Kerugian Capai Rp539 Juta

Polri Catat 213 Kecelakaan Saat Arus Mudik Hari Ini, 23 Tewas dan Kerugian Capai Rp539 Juta

Data kecelakaan lalu lintas pada hari Minggu, 7 April 2024 sebanyak 213 Kejadian

Baca Selengkapnya
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.231 Triliun, Digunakan untuk Apa Saja?

Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.231 Triliun, Digunakan untuk Apa Saja?

Utang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.

Baca Selengkapnya
Cukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi

Cukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi

Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.

Baca Selengkapnya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya

Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun

Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun

Baca Selengkapnya
ADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik

ADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik

ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.

Baca Selengkapnya