Ada aturan DP, UBS masih optimis dengan kinerja kredit
Merdeka.com - Union Bank of Switzerland (UBS) masih optimis dengan kinerja kredit mereka tahun ini meskipun Bank Indonesia telah mengeluarkan aturan pembatasan uang muka untuk kredit rumah, motor dan mobil.
Head of Equities UBS Joshua Tanja mengatakan kenaikan kredit properti lebih bergantung pada kucuran dana dari perbankan, ketimbang aturan LTV. "Selama bank masih berminat untuk memberikan pembiayaan meskipun ada kenaikan LTV, dampaknya tidak terlihat sebesar di otomotif," kata Joshua di Hotel Mandarin Oriental, Selasa (5/3).
Menurut Joshua, pertumbuhan kredit properti masih jauh lebih baik daripada kredit kendaraan bermotor (KKB), itupun dari sisi kendaraan roda empat. "Kita lebih optimis dengan four wheel dibanding motor. Karena tahun lalu four wheel lebih tinggi penjualannya," tutur Joshua.
Namun, kondisi pertumbuhan KPR yang tetap tinggi di tengah berlakunya aturan LTV, Joshua mengatakan, Indonesia akan menghadapi kondisi di mana harga properti akan jauh lebih tinggi ketimbang daya beli masyarakat.
"Nanti akan ada masa ketika kemampuan beli masyarakat kalah oleh harga properti. Pada saat itu baru harga saham properti akan turun. Tapi itu masih cukup lama. Harga properti dan pendapatan terus kejar-kejaran," tutup Joshua.
(mdk/rin)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Optimistis tersebut juga ditopang dengan dukungan dari sisi permodalan bank yang kuat.
Baca SelengkapnyaAlhasil, pemulihan ekonomi telah menunjukkan perbaikan yang signifikan ke arah yang lebih baik
Baca SelengkapnyaSektor properi didorong pelonggaran rasio LTV/FTV Kredit/Pembiayaan Properti menjadi maksimal 100 persen untuk semua jenis properti.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Industri perbankan melanjutkan tren pertumbuhan yang positif, dengan kredit tetap tumbuh double digit di bulan Februari.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca SelengkapnyaBank BJB kini menjadi salah satu pemegang saham pengendali Bank Bengkulu, setelah penyetoran modal sebesar Rp250 miliar untuk proses KUB.
Baca SelengkapnyaSalah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca Selengkapnya