Warga Gaza Baru Rayakan Gencatan Senjata, Israel Langsung Jatuhkan Bom Hingga Puluhan Wafat
Pasukan Israel kembali menjatuhkan bom hingga menewaskan puluhan penduduk di Gaza di tengah kesepakatan gencatan senjata.

Konflik Israel dan Palestina menghadapi babak baru. Belum lama ini dalam sebuah perundingan di Doha, Israel dan pejuang kemerdekaan Palestina Hamas resmi menyetujui gencatan senjata permanen usai 15 bulan berperang.
Berbagai sudut kota dan jalanan di Gaza pun dipenuhi antusiasme warga yang bersuka cita. Ada perayaan singkat yang membuat warga Gaza sempat menangis terharu hingga tersenyum lega.
Namun dalam hitungan jam, suasana kebahagiaan itu seketika berubah. Pasukan Israel kembali menjatuhkan bom hingga menewaskan puluhan penduduk di Gaza. Berikut ulasan selengkapnya.
Warga Gaza Rayakan Momen Suka Cita
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dalam keterangannya melalui sebuah konferensi pers di Doha menyatakan Israel dan Hamas resmi menyetujui gencatan senjata. Namun, kesepakatan itu tak langsung berlaku pada hari itu juga, melainkan terhitung mulai Minggu (19/1) mendatang.
Mendengar berita singkat mengenai gencatan senjata tersebut, puluhan warga Gaza dalam laporan Hani Mahmoud pada Al Jazeera bersorak di salah satu lokasi yang dulunya seringkali dibanjiri air mata duka lantaran digunakan sebagai 'panggung pemakaman'. Mereka turut melakukan perayaan singkat yang diwarnai suka cita atas terjadinya kesepakatan tersebut.
“Selama beberapa jam, orang-orang mengubah seluruh area ini menjadi panggung perayaan, sesuatu yang tidak biasa kami lihat di sini karena area ini dulunya merupakan panggung pemakaman para korban perang dan ruangan yang penuh dengan penderitaan dan kesedihan,” ungkap Hani Mahmoud yang melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah.
Begitu pula yang dilaporkan Anas al-Sharif dari Al Jazeera. Kota Gaza disebutnya sempat diwarnai dengan penuh suka cita dan tawa bahagia dari warga setempat.
“Beberapa jam yang lalu ada suasana kegembiraan dan kelegaan di antara warga di sini ketika pengumuman gencatan senjata diumumkan dari Doha, yang menyatakan bahwa gencatan senjata akan berlaku dalam beberapa hari mendatang,” kata al-Sharif.

Israel Jatuhkan Bom di Tengah Kesepakatan
Sayangnya, perayaan itu menjadi momen singkat yang berlangsung di Gaza. Hanya selang dua jam setelah pengumuman gencatan senjata, nyatanya pasukan Israel kembali melakukan serangan intensif di Gaza.
Kegembiraaan dan suka cita warga Gaza seketika berubah total. Api kebahagiaan penduduk Gaza seolah dipadamkan langsung dengan serangan brutal ke area rumah sakit, lokasi pengungsian, hingga rumah pribadi.
Melansir Al Jazeera, setidaknya serangan tersebut telah menewaskan sedikitnya 87 orang di Gaza. Termasuk di antaranya 30 nyawa di Kota Gaza melayang usai beberapa jam saja setelah Hamas dan Israel mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Dalam salah satu laporan medis yang diungkap Al Jazeera, serangan yang berlangsung di sebuah rumah dekat Gedung Serikat Insinyur di Kota Gaza di utara Jalur Gaza, Rabu (15/1) malam menewaskan sedikitnya 18 orang.
Pertahanan Sipil Palestina juga mengatakan pihaknya mengambil jenazah 12 orang dari lingkungan Sheikh Radwan di Kota Gaza.
Di Gaza tengah, lima orang tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel yang menargetkan pertemuan orang-orang di daerah Karaj di kamp Bureij.
Jumlah korban tewas, yang dihitung sejak fajar pada hari Rabu, terus meningkat ketika warga Palestina kembali berlindung di tenda mereka setelah sempat merayakan berita kesepakatan gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan Hamas pada Rabu malam.
Meski gencatan senjata sudah disepakati dan akan berlaku pada dua hari mendatang, tak sedikit dari warga Gaza yang mengaku khawatir. Sebab, pasukan Israel bisa saja memberikan serangan yang lebih brutal dan masif sebelum peperangan resmi berakhir pada hari Minggu mendatang.
"Sejujurnya, saya lebih memilih gencatan senjata segera karena dua hari sulit ini lebih buruk dibandingkan tahun lalu. [Israel] ingin mengintensifkan pemboman dan kegilaan yang mereka lakukan," ungkap Yasmeen al-Helo, demikian dikutip dari laporan Al Jazeera.
Saleh Aljafarawi, seorang jurnalis berusia 27 tahun yang mengungsi dari Gaza utara bahkan mengatakan bahwa dia hidup seolah berada di dalam ketakutan setiap detiknya.
“Masih ada dua hari lagi. Mudah-mudahan Tuhan memudahkan kita," terangnya.

Gencatan Senjata Disepakati
Sebelumnya, Hamas dan Israel diketahui telah berhasil mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata usai berperang selama 15 bulan di Gaza. Pakta ini merupakan hasil dari negosiasi berliku-liku selama berbulan-bulan yang dilakukan oleh mediator Mesir dan Qatar, dengan dukungan Amerika Serikat dan terjadi menjelang pelantikan presiden Trump Senin mendatang.
Kesepakatan gencatan senjata ini nantinya juga mencakup pembebasan tahanan atau sandera yang telah ditahan. Dilansir dari Al Jazeera, sekitar 30 orang tawanan Israel yang ditangkap selama serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023 akan dibebaskan. Termasuk wanita, anak-anak dan warga sipil berusia di atas 50 tahun.
Sebagai gantinya, Israel juga akan membebaskan lebih banyak tahanan Palestina. Termasuk tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup. Tercatat, di antara warga Palestina yang dibebaskan terdapat sekitar 1000 orang yang ditahan setelah 7 Oktober 2023.
Dijelaskan, Israel nantinya juga akan menarik pasukannya secara bertahap dari Jalur Gaza di tahap pertama atau enam minggu pertama gencatan senjata. Israel juga akan mengizinkan warga sipil untuk kembali ke rumah mereka di wilayah utara yang terkepung.
Isi Kesepakatan
Selain itu, pihak Israel diketahui bakal mengizinkan warga Palestina yang terluka untuk meninggalkan Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan, dan membuka penyeberangan Rafah dengan Mesir tujuh hari setelah dimulainya pelaksanaan tahap pertama.
Di samping itu, Israel juga akan memberikan akses lebih luas untuk pengiriman bantuan ke Gaza, Palestina. Dikatakan Israel mengizinkan lonjakan bantuan hingga 600 truk per hari.
Kesepakatan itu diharapkan akan disetujui meskipun ada tentangan dari beberapa garis keras dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang mengulangi kecamannya terhadap perjanjian itu pada hari Rabu.
Netanyahu menelepon Biden dan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka dan mengatakan dia akan segera mengunjungi Washington. Dalam pernyataan media sosial yang mengumumkan gencatan senjata, Hamas menyebut pakta itu "sebuah pencapaian bagi rakyat kami" dan "titik balik".