Sentra Kuliner, Geliat Inovasi Wisata Winong Asri di Tengah Pandemi

Merdeka.com - Pandemi Covid-19 datang membawa banyak kekhawatiran. Kendati demikian, selalu ada hikmah yang dapat diambil.

Wisata Winong Asri, Tulungagung, Jawa Timur membuktikan. Digempur pandemi Covid-19 membuat pengelola harus memutar otak, berjibaku untuk tetap bertahan menjadi tumpuan hidup masyarakat.

Desakan itu justru memunculkan inovasi baru. Pemerintah Desa hingga warga turut mendukung. Seperti apa ceritanya? Berikut ulasannya.

Wahana Agrowisata & Edukasi

Melansir dari laman Antara, berlokasi di pinggiran Kota Tulungagung menjadikan masyarakat Desa Winong pantang menyerah meningkatkan perekonomian. Berawal dari tingkat ekonomi yang jauh dari mapan serta keluhan Kelompok Tani (KWT), lahirlah agrowisata berbasis edukasi di Winong Asri.

Pengunjung disuguhkan dengan berbagai sayuran segar yang dapat dipetik secara mandiri. Pengelola juga paham dengan kondisi masyarakat yang kini kian menggemari berswafoto.

Berbagai ornamen dengan corak warna-warni senantiasa memperindah agrowisata yang berdiri di atas lahan sekitar 1.200 meter persegi.

Semangat masyarakat Desa Winong Asri untuk bercocok tanam sayuran ini lantas tercium oleh pengusaha makanan di sekeliling desa. KWT yang secara kontinu terus memenuhi permintaan pasar justru merasa kewalahan sebagai pemasok.

Hal itu membuat pemerintah desa setempat lantas menyediakan lahan luas, khusus untuk bercocok tanam sayur. Akhir November 2019 menjadi pertanda bagi masyarakat Desa Winong Asri untuk berbangga hati. Agrowisata dan demplot sayuran diresmikan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tulungagung.

Antaranews.com ©2021 Merdeka.com

Namun, hal itu tak berlangsung lama. Pandemi Covid-19 datang, dan seolah langsung mengambil alih. Pengunjung agrowisata yang semula membludak, kala itu tak bertahan lama.

Tohiron, pensiunan PNS yang mendapat kepercayaan memimpin agrowisata menuturkan, agrowisata terpaksa tutup lantaran pandemi Covid-19.

"Sayang keramaian itu tidak bertahan lama. Dua pekan setelah diresmikan, pemerintah (kabupaten) memberlakukan PPKM mikro. Kami pun terpaksa tutup hingga sekarang," tuturnya.

Penutupan operasi agrowisata yang berlangsung selama hampir empat bulan tak menghilangkan niatan para warga untuk tetap merawat sayuran agar terus bertumbuh. Keuangan pun kian menipis untuk menutup biaya perawatan.

Ketua KWT, Sri Agung Monariyanti tak tinggal diam. Ia bersama ibu-ibu lainnya justru mendapatkan ide setelah menghabiskan waktu di sebuah pasar dadakan.

"Dari jalan-jalan inilah kami kemudian punya ide untuk mengembangkan sentra pasar kuliner di Desa Winong," paparnya.

Sepekan berselang, ide Sri Agung pun turut menyelamatkan agrowisata yang tengah kembang kempis lantaran pandemi. Kades Agus Satoto menceritakan, inovasi itu pun lahir dan mendapatkan respon yang begitu baik dari masyarakat desa Winong. Ekonomi masyarakat pun tetap terselamatkan.

"Alhamdulillah, respon masyarakat sangat baik. Lima kali pasar kuliner itu dibuka setiap minggu pagi, pengunjung selalu banyak. Terutama komunitas gowes yang ingin mampir menikmati aneka hidangan khas yang dijual anggota kelompok pasar yang dibentuk BUMDes," terangnya.