Merdeka.com - Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri sebelumnya telah resmi menghentikan dua laporan polisi terkait kasus pembunuhan Brigadir J. Pertama, soal dugaan pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi. Dan kedua perkara tentang dugaan ancaman disertai kekerasan.

Namun, terbaru, pihak Komisi Nasional (Komnas) Perempuan justru memberikan pernyataan mengejutkan terkait dugaan pelecehan seksual yang dilakukan mendiang Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J.

Hal ini disampaikan usai para tersangka melakukan proses rekonstruksi bersama, Selasa lalu. Simak ulasannya:

Pernyataan Mengejutkan Komnas Perempuan

Pihak Komnas Perempuan mendadak memberikan pernyataan mengejutkan terkait kasus dugaan pelecehan seksual yang dialami oleh Putri Candrawathi. Mereka menilai, pelecehan yang diduga dilakukan oleh Brigadir J itu adalah bentuk pemerkosaan.

"Bentuknya pemerkosaan," kata Komisioner Komnas Perempuan, Siti Aminah Tardi saat dihubungi merdeka.com, Minggu (4/8).

Putri Sempat Pingsan dan Ditolong oleh ART

Siti mengatakan, sehari sebelum kematian Brigadir J, Putri sempat pingsan di rumah Ferdy Sambo di Magelang, Jawa Tengah. Dalam kondisi sakit, Putri ditemukan tergeletak di depan toilet oleh asisten rumah tangga.

"Saat P (Putri) sedang tidur dan karena kondisinya sakit. Ditemukan S (ART) di depan pintu kamar mandi (di luar kamar mandi) tidak sadarkan diri," kata Siti.

Ajudan Lain Tidak Ada

Siti juga mengatakan, jika saat dugaan pelecehan itu terjadi dua ajudan Putri, yakni Bharada E dan bripka RR sedang berada di sekolah. Sementara di rumah hanya ada Susi dan Kuat Maruf yang membantu Putri kembali ke kamar."Juga 2 ajudan lain sedang ke sekolah anak-anaknya," ujar Susi.Tetapi, Putri mengaku jika kejadian tersebut justru diarahkan oleh suaminya, Ferdy Sambo seolah-olah agar terjadi di Jakarta bukan Magelang. "Sambo mengarahkan P hanya cerita sebagai pelecehan seksual dan di 8 Juli 2022 (masih di Magelang)," tuturnya.

Komnas Perempuan Sebut Ada Tindakan Perampasan Hak Kebenaran

Karena hal itu, Komnas Perempuan menemukan adanya tindakan perampasan hak kebenaran dan keadilan bagi Putri Candrawathi untuk mengakui tindakan perencanaan pembunuhan terhadap Brigadir J."Jadi tindakan sambo selain merampas hak hidup justru menyebabkan istrinya kehilangan hak kebenaran, dan keadilan. Juga mengalami stigmatisasi dan penghakiman dari publik," ujarnya.

Polri Sudah Hentikan Laporan Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

Sekitar dua minggu sebelum proses rekonstruksi dilakukan, Bareskrim Polri sebenarnya sudah resmi menghentikan laporan dugaan pelecehan seksual dan ancaman disertai kekerasan pada kasus tersebut. Hal ini dikarenakan tidak ditemukannya unsur pidana di dalamnya. "Berdasarkan gelar perkara tadi sore, kedua perkara ini kita hentikan penyidikannya karena tidak ditemukan peristiwa pidana. Bukan merupakan peristiwa pidana," kata Dirtipidum Bareskrim Polri, Brigjen Andi Rian Djajadi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (12/8).Menurutnya, kedua laporan tersebut dihentikan imbas penanganan kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J yang terbukti memenuhi unsur pidana, sehingga menutup dua laporan sebelumnya.