Merdeka dalam Berkarya Para Pembatik Tunarungu di Solo
Merdeka.com - Memiliki keterbatasan bukanlah menjadi alasan untuk berhenti berkarya. Merekalah para penderita tunarungu yang menembus keterbatasan. Melalui batik, penyandang disabilitas ini dengan teliti menorehkan lilin pada kain. Batik Toeli berkembang di sentra Kampung Batik Laweyan, Solo. Kini, usaha mikro Batik Toeli mampu menghasilkan berbagai macam batik menawan yang sepenuhnya dibuat oleh penderita tuna rungu. Namun bagi mereka, tunarungu bukanlah menjadi permasalahan apalagi penderitaan.
Nama Batik Toeli diangkat dari keterbatasan para penyandang disabilitas pendengaran. Yang memiliki nama lain Tuli dan dikreasikan melalui ejaan lama. Para pekerjanya mulai berangkat dari ketidaktahuan akan batik. Dengan adanya pelatihan rutin, karya-karya indah bermunculan. Terlebih mereka dapat mengangkat perekonomian di tengah pandemi.
Sudah banyak pembatik yang ada di Kampung Batik Laweyan. Namun pemberdayaan penyandang disabilitas dirasa perlu untuk membuktikan memiliki keterbatasan bukanlah alasan untuk menjadi seorang pembatik.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Pemilik Batik Toeli ialah Alpha Febela Priyatmono yang sebelumnya mengembangkan batik Mahkota Laweyan. Situasi pandemi membuatnya berinovasi untuk mendirikan Batik Toeli, mengingat ada karyawannya yang menyandang tunarungu. Tepatnya pada Bulan Maret 2020 Batik Toeli dirintis. Kini batik Toeli memiliki 3 orang penyandang tunarungu yang sepenuhnya memproduksi Batik Toeli.
Dijembatani oleh Muhammad Taufan Wicaksono, dapur produksi Batik Toeli berjalan. Taufan menjadi perantara yang bisa berbahasa isyarat kepada penyandang tunarungu. Melalui kode isyarat tangan dan tubuh, para penyandang disabilitas mengkoordinasikan aneka tema batik, motif, ukuran, hingga warna.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Salah satu karyawannya bernama Dyan Priamdyka yang bergabung dengan Batik Toeli selang satu bulan berdiri. Ia mampu membatik dengan beragam motif. Tak hanya kain selendang, selama pandemi ia lebih sering membatik untuk dijadikan masker. Motifnya bahkan disesuaikan dengan apa yang sedang trending di masyarakat. Mulai dari tema tradisional, religi, hingga kemerdekaan.
Keikutsertaanya dalam produksi batik membuatnya mempunyai skill begitu bermanfaat. Terlebih lagi, tanpa rasa minder keterbatasan ia dan rekan sesama penyandang tunarungu tak lagi menganggapnya menjadi suatu hal yang diperdebatkan.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Mereka juga diajarkan untuk membuat pola dengan pensil pada selembar kain. Sesuai tema dan pesanan, imajinasi mereka turut diasah untuk menghasilkan desain yang beragam mengikuti tren pasaran.
Perlahan tapi pasti, pola yang tersedia mulai dilapisi dengan larutan lilin. Mereka sering mendapat arahan saat proses belajar. Dengan motif yang sudah siap, tangan mereka dengan cekatan menorehkan canthing mengikuti alur pada kain. Kain mori, shantung, dan sutra menjadi bahan batik yang populer digunakan.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Selama pandemi, Batik Toeli juga memproduksi kain batik bertemakan lembaran surat pendek dalam Al-Qur'an. Jenis produk ini menjadi populer setelah kebutuhan masker batik. Dengan teliti mata mereka jeli memelototi setiap pola. Bak membuat kaligafi, mereka mahir menuliskan aksara arab ini dalam wujud batik.
Di Batik Toeli mereka berkarya, tanpa ada batasan meskipun mereka punya keterbatasan. Melalui batik, mereka terberdayakan sehingga bisa hidup mandiri. Melalui membatik, mereka berhasil membuat berbagai karya seni yang telah diakui dunia akan keberadanya.
(mdk/Ibr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam selembar batik khas Ciwaringin terdapat perjuangan rakyat melawan penjajahan.
Baca SelengkapnyaBatik-batik ini juga sudah tercatat dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kemenkumham RI.
Baca SelengkapnyaArti bunyi tokek sering kali dianggap memiliki makna khusus dalam berbagai kepercayaan dan budaya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pengguna batik ini diharapkan bisa mengagumi keindahan alam Priangan Timur.
Baca SelengkapnyaBukan hanya manusia, ini sosok binatang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa yang dimaksud?
Baca SelengkapnyaSalah satu batik khas Kota Madiun ialah Batik Keris Asoka. Penamaan batik ini memiliki filosofi mendalam
Baca SelengkapnyaSeorang pembudidaya belut mampu kembangkan hingga 200 kolam meski sempat diremehkan hingga merugi.
Baca SelengkapnyaTradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaProduk kerajinan batik kayu di Krebet telah menjangkau pasar nasional maupun internasional
Baca Selengkapnya