Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Melihat Keindahan Warna-Warni Kapal Hias Tradisi Maudu Lompoa di Talakar

Melihat Keindahan Warna-Warni Kapal Hias Tradisi Maudu Lompoa di Talakar Maudu Lompoa di Talakar ©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki

Merdeka.com - Persebaran Agama Islam ke Indonesia memang tak bisa lepas dari para pedagang. Ratusan tahun yang lalu proses akulturasi berlangsung. Budaya Islam dan kearifan lokal bersatu padu menjadi satu kesatuan tradisi. Salah satunya tradisi unik yang datang dari Desa Cikoang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Maudu Lompoa, menjadi perayaan yang memadukan budaya Islam dan kearifan lokal masyarakat Sulawesi Selatan.

Keunikan tradisi ini berada pada kapal tradisional yang dihias begitu indah. Kapal-kapal inilah yang menjadi simbol masuknya agama Islam khususnya di Talakar. Aneka jenis kain berwarna-warni membuat suasana Maudu Lompoa begitu meriah. Maudu Lompoa mejadi perayaan besar warga Talakar untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad. Jika sudah ada Maudu Lompoa, tidak ada perayaan kecil-kecil lain. Seperti namanya Maudu Lompoa yang berarti Maulid Besar.

Ada beberapa perayaan maulid Nabi di Talakar setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Sebagai puncak acaranya ialah Maudu Lompoa. Yang rutin digelar setiap tanggal 29 Rabiul Awal tahun Hijriah.

maudu lompoa di talakar

©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki

Bak sebuah kapal pinisi dengan layarnya yang menjuntai tinggi. Kain warna-warni ini mempercantik kapal yang sebelumnya terkesan tradisional. Kapal hias ini dinamakan julung-julung, yang kesehariannya digunakan oleh warga untuk mencari ikan. Tak hanya kain berwarna, tubuh kapal juga diwarnai semdemikian rupa mencoloknya.

Kapal-kapal indah ini nantinya akan dilabuhkan di tepian Sungai Cikoang. Namun sebelumya, kapal harus diarak beramai-ramai sejauh 100 meter menuju bibir sungai. Di tanah lapang, warga Talakar akan menghias dan mempersiapkan seluruh muatan ke dalam geladak kapal.

maudu lompoa di talakar

©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki

Digambarkan seperti kapal dengan awak dan muatannya saat menyebarkan agama Islam. Julung-julung diisi dengan hasil bumi dari Talakar. Dibentuk menyerupai gunungan yang tersusun dari bahan pokok, buah-buahan, dan telur yang tak ketinggalan diberikan warna yang mencolok.

Bahkan pakian, celana, lemari plastik, seprei, hingga perlengakapan mandi seperti pasta gigi dan sabun juga turut dimuat ke dalam julung-julung. Para perempuan kedapatan meyiapkan persembahan berupa nasi setengah matang. Nasi akan dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari anyaman daun lontar atau biasa disebut Baku Maudu.

Tua, muda, semuanya ikut serta dalam kemeriahan tradisi Maudu Lompoa. Semua hiasan dan persembahan kemudian dikumpulkan di sebuah tanah lapang. Yang selanjutnya diisi dengan berbagai prosesi lainnya.

maudu lompoa di talakar

©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki

Di sinilah seluruh perserta tradisi Maudu Lompoa berkumpul. Pagelaran pencak silat membuat keseruan suasana semakin pecah. Para pemuda berduel unjuk kebolehanya di depan seluruh warga. Warga biasa menyebut silat dengan Mappenca. Selepas berduel, berpelukan menjadi penutup untuk memperoleh kedamaian antar pemain.

Di Balla Lompoa atau aula besar ini, rombongan akan mengelilingi julung-julung. Diiringi dengan tabuhan gendang yang terdengar bertalu-talu. Selanjutnya muatan kapal yang berisi gunungan makanan dibagikan ke seluruh warga.

maudu lompoa di talakar

©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki

Prosesi utama rangkaian Maudu Lompoa adalah Zikkiri' dan Sura' Rate'. Yakni pembacaan kisah kelahiran Nabi dan sejarah masuknya Islam di Cikoang.Tak lupa pembacaaan sholawat yang ditujukan untuk Rasulullah Muhammad SAW. Bagi warga Talakar, perayaan Maudu Lompoa wajib digelar tiap tahunnya.

Prayaan Maulid ini bukanlah sekedar ritual tahunan. Makna sosial dari perayaan ini adalah keterikatan sosial. Begitupula makna merawat alam untuk kesejahteraan para warga.

Perayaan tradisi Maudu Lompoa sudah ada sejak tahun 1621 silam. Saat itu ulama besar Aceh bernama Sayyid Jalaludin datang ke tanah Talakar untuk menyebarkan agama Islam. Sayyid juga dipercaya sebagai keturunan Nabi yang menetap dan di Cikoang. Dari zaman Sayyid hingga sekarang, perayaan Maulid terus dilakukan. Yang akhirnya menjadikan Desa Cikoang dikenal sebagai ‘Kampung Maulid’.

(mdk/Ibr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898

Perahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898

Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.

Baca Selengkapnya
Mengenal Kain Dagang Lingga, Aksesori Pelengkap Pakaian Tradisional Melayu di Riau

Mengenal Kain Dagang Lingga, Aksesori Pelengkap Pakaian Tradisional Melayu di Riau

Dalam tradisi Lingga-Riau, kain ini juga menjadi makna simbolis dari norma kesopanan dan kesantunan dalam berpakaian.

Baca Selengkapnya
Mengenal Balimau Kasai, Tradisi Bersuci Sambut Hari Ramadan Khas Masyarakat Kampar Riau

Mengenal Balimau Kasai, Tradisi Bersuci Sambut Hari Ramadan Khas Masyarakat Kampar Riau

Dalam menyambut bulan Ramadan, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing yang unik dan penuh makna.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengenal Mandi Kasai, Tradisi Memandikan Sepasang Kekasih Jelang Menikah dari Lubuk Linggau

Mengenal Mandi Kasai, Tradisi Memandikan Sepasang Kekasih Jelang Menikah dari Lubuk Linggau

Ritual mandi sepasang kekasih menjelang pernikahan ini disaksikan langsung oleh kerabat dan teman mereka.

Baca Selengkapnya
Mencicipi Kue Ka Khas Pulau Seribu, Hanya Ada saat Ritual Nelayan Pulang Melaut

Mencicipi Kue Ka Khas Pulau Seribu, Hanya Ada saat Ritual Nelayan Pulang Melaut

Kelezatan kue ka hadir berbarengan dengan dalamnya makna yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Maleman, Cara Masyarakat Jawa Hidupkan Malam Lailatul Qodar

Mengenal Tradisi Maleman, Cara Masyarakat Jawa Hidupkan Malam Lailatul Qodar

Maleman merupakan tradisi membagikan nasi kotak maupun dengan tempat lain kepada tetangga maupun saudara

Baca Selengkapnya
Serunya Kerapan Kerbau Tradisi Petani di Lumajang Jelang Masa Tanam

Serunya Kerapan Kerbau Tradisi Petani di Lumajang Jelang Masa Tanam

Selain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,

Baca Selengkapnya
Mengenal Maapam, Tradisi Memasak Apam Khas Pasaman Barat Sambut Bulan Ramadan

Mengenal Maapam, Tradisi Memasak Apam Khas Pasaman Barat Sambut Bulan Ramadan

Dalam menyambut bulan penuh berkah, masyarakat Pasaman Barat memiliki salah satu tradisi unik yang sudah diwariskan secara turun-temurun.

Baca Selengkapnya
Jejak Kejayaan Jalur Rempah di Kabupaten Pati, Punya Galangan Kapal Terbaik

Jejak Kejayaan Jalur Rempah di Kabupaten Pati, Punya Galangan Kapal Terbaik

Jejak-jejak akulturasi masih kental dalam setiap warisan budaya yang dijumpai di Pati

Baca Selengkapnya