Luwak, hewan pakar kopi penghasil pundi-pundi uang
Merdeka.com - Lebih dari dua lusin kandang berwarna hijau memenuhi lahan 10x20 meter persegi. Di setiap kandang terdapat pohon kopi mini, serta hewan yang sangat dihormati para petani itu: luwak asia.
Mamalia bernama latin Paradoxurus hermaphroditus ini dijuluki sebagai pakar kopi paling jago di dunia, mengalahkan manusia sekalipun.
Tim Jelajah Merdeka 'Koffie Van Java' yang didukung Gatsby dan Toyota, menyambangi salah satu penangkaran luwak terbesar di Indonesia.
Rupanya, pencernaan luwak memang istimewa. Kotoran kopi yang dikeluarkan luwak sudah dalam bentuk biji siap diolah lebih lanjut.
"Sudah terpisah ada kotoran asli, ada yang bongkahan biji kopi," kata Budi, salah satu pimpinan Kopi Malabar Indonesia, saat ditemui di Pangalengan, Jawa Barat, Rabu (25/5).
Kopi luwak kesohor hingga seluruh dunia sebagai salah satu varian minuman berkafein berharga paling mahal. Di pasaran internasional, satu kilogram kopi luwak yang sudah digoreng (roasted) dihargai mencapai Rp 4 juta.
Sedangkan di pasar dalam negeri, kopi unggulan ini dibanderol Rp 1,8 juta per kilo. "Kopi luwak ini memang konsumennya menengah ke atas," kata Budi.
Kopi Malabar Indonesia, merek dagang spesialis kopi luwak yang dikelola oleh pengusaha asli Pangalengan, Supriatnadinuri, sudah melebarkan sayap ke mancanegara. Untuk pasar internasional, perusahaan ini mengubah namanya menjadi Golden Malabar, dengan kantor perwakilan di Taiwan.
Budi menyatakan kopi luwak unggul karena proses pemilihan biji terbaik ditentukan oleh insting luwak. Hewan yang masih bersaudara dengan keluarga kucing ini bisa mengetahui mana buah kopi bermutu tinggi.
"Luwak bisa tahu mana kopi yang bagus."
"Walau di mata manusia buah kopinya tampak sudah bagus karena warnanya merah, kalau luwak tidak suka akan dilepeh," urai Budi kepada tim yang menjelajah kopi seantero Pulau jawa didukung Portrait Of Indonesia, Gatsby dan Toyota.
Di Pangalengan, kopi yang disodorkan pada luwak adalah jenis Arabika. Sementara di Lampung, ada kopi luwak untuk versi Robusta. Luwak di penangkaran tak hanya diberi makan kopi. Saban hari mereka harus diberi makan pepaya, apel, pisang, serta daging belut atau ayam. Kopi hanyalah camilan dalam pangan sehari-hari luwak. Biaya pakan seekor luwak mencapai Rp 15 ribu per hari.
Budi mengatakan luwak di penangkarannya bisa menghasilkan 30 hingga 50 kilogram kotoran saban hari setelah diberi makan rutin serta disodori camilan buah kopi. Dari jumlah itu, kotoran yang dibersihkan berupa greenbean (biji kopi siap olah) tersisa paling banyak 15 kilogram.
Setiap tahun, akan ada jeda dua bulan bagi luwak tak disodori kopi. Penyebabnya adalah kosongnya pasokan Arabika.
"Dari total produksi kami setiap hari, 70 persen diekspor 30 persen untuk lokal," kata Budi.
Lantas, seperti apa sebetulnya rasa kopi berharga fantastis itu? Simak laporan seri berikutnya oleh tim Jelajah Merdeka!
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.
Baca SelengkapnyaBudaya ngopi orang Aceh sendiri sudah ada sejak tahun 1980-an yang identik dengan bapak-bapak yang duduk di warung kopi.
Baca SelengkapnyaBangunan itu mulai digunakan untuk penggorengan maupun penggulingan kopi pada tahun 1928
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Destinasi wisata wajib di Banyuwangi, sayang banget jika dilewatkan begitu saja.
Baca SelengkapnyaUsai minum kopi, mulut kita kerap mengalami rasa kering serta munculnya bau mulut yang sangat khas. Bagaimana cara menghilangkannya?
Baca SelengkapnyaKopi ini dulunya sempat menjadi sumber penghasilan andalan masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaMenyesap kopi dan menyantap jajanan di warung Abah Unang menawarkan pengalaman mirip negeri di atas awan.
Baca SelengkapnyaBila sebelumnya paling banyak menghasilkan Rp1,5 juta, dia mengaku kali ini ada puluhan ikan peliharaannya itu diborong pembeli.
Baca SelengkapnyaAreal panen kopi di Indonesia rata-rata seluas 1.25 juta ha/tahun.
Baca Selengkapnya