Keseruan Tradisi Grobyak Ikan Kediri, Jalin Kebersamaan di Bulan Muharam
Merdeka.com - Belepotan air keruh bercampur lumpur membuat tradisi unik ini semakin seru. Lelaki dan perempuan, tak peduli berapapun usianya. Mereka larut dalam keseruan tradisi Grobyak Ikan di Kota Kediri. Ratusan orang dari Desa Tanjung, Kecamatan Pagu, Kota Kediri bersuka cita dalam kebersamaan menangkap ikan. Ya, tujuan mandi lumpur mereka tidak lain untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya di Sumber Gundi, sebuah kolam dengan mata air yang jernih.
Kejernihan air Sumber Gundi seketika berubah menjadi kubangan air yang keruh dengan lumpur. Tradisi Grobyak Ikan menjadi event tahunan desa dalam rangka merayakan bulan baru Muharam, atau bulan Suro dalam kalender Jawa. Susuk menjadi alat sederhana untuk menangkap ikan. Mereka tak mempedulikan cipratan lumpur dari peserta lain. Fokus mendapatkan ikan hingga memenangkan hadiah dari panitia.
Panitia akan menambah jumlah ikan yang ada di kolam. Mengingat, saking banyaknya warga yang ikut serta pasti akan menguras biota di Sumber Gundi. Untuk memeriahkan tradisi, panitia juga telah tergabung dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri dan Dinas Perikanan Kabupaten Kediri.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Jutaan ikan disebar begitu saja ke dalam kolam. Namun sebelum acara Grobyak ikan dimulai akan diadakan selamatan. Diawali sejak pukul 6.30 pagi, doa dan harapan ducapkan oleh sesepuh Desa Tanjung. Yang diikuti oleh ratusan orang sembari menanti detik-detik Grobyak Ikan dimulai.
Dalam hitungan ketiga, sontak ratusan peserta menceburkan diri ke dalam kolam Sumber Gundi. Antusias warga begitu tergambarkan saat tradisi menangkap ikan ini digelar. Kesana-kemari, mencari ikan yang kebingungan mencari tempat aman.
Tak ada celah, hampir seluruh permukaan Sumber Gundi diisi oleh para pencari ikan. Ada yang datang berburu ikan, ada juga yang meramaikan sembari menonton di bawah pohon rindang tepian kolam.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Menit demi menit berlalu akhirnya mereka mulai menangkap beberapa ikan. Air kolam memang sengaja dibuat keruh. Keruhnya air kolam membuat ikan-ikan mabuk kepayang. Sehingga memudahkan para perserta mengumpulkan ikan.
Ikan yang ada cukup beragam, mulai dari ikan Lele, Nila, Tombro, Patin, hingga Sapu-Sapu. Tak jarang peserta juga mendapatkan ikan Gabus, ikan khas penghuni Sumber Gundi. Ikan yang sudah ditangkap akan diamankan dalam keranjang yang telah mereka siapkan.
Selain selametan dan Grobyak ikan, acara tahunan ini juga diiringi dengan momen bersih desa. Para warga turut membersihkan sampah dan kotoran yang ada di dalam dan sekitar Sumber Gundi.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Penangkap ikan hanya diperpolehkan menggunakan peralatan tradisional. Alat bantu menangkap ikan beragam bentuknya. Ada yang berbentuk seperti kurungan ayam, menggunakan jaring standar, dan ada pula hasil modifikasi jala ikan dengan bambu. Bentuk rangkanya menyerupai huruf “Y” dengan jala di tengahnya.
Keseruan ini juga turut dimeriahkan oleh anak-anak. Yang menjadikan Grobyak Ikan sebagai ajang melepas hasrat mereka bermain lumpur. Tanpa takut, dengan tangan kosong atau menggunakan wadah nasi, mereka ikut menceburkan diri ke dalam air keruh.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Peserta yang mengikuti Grobyak ikan hanya berasal dari warga asli Desa Tanjung saja. Dari panitia, mereka akan mengenakan pita hijau untuk menandakan sebagai peserta yang terdaftar. Pasalnya, jika berhasil mendapatkan ikan dengan bobot terbesar maka layak mendapatkan uang Rp 50 ribu dari panitia. Bagi warga yang tak mendaftar, mereka bebas ikut serta mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya.
Bagi warga, tradisi ini bukanlah menjadi ajang kompetisi serius. Namun hangatnya kebersamaan akan mempererat jalinan silaturahmi antar warga desa. Di tengah terik mentari Tradisi Grobyak Ikan secara turun temurun dilestarikan. Perayaan satu tahun sekali ini diharapkan akan tetap mempertahankan ekosistem di Sumber Gundi. Selain bulan Suro atau Muharam, warga tidak diperkenankan menangkap ikan secara massal.
(mdk/Ibr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaMeriahnya Prosesi Dugderan di Semarang, Tradisi Warga Menyambut Ramadan
Meski di tengah guyuran hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung semarak dan meriah.
Baca SelengkapnyaMengulik Tradisi Ruwatan, Ritual Buang Sial dan Penyucian Diri ala Masyarakat Jawa
Masyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas
Pada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaBegini Awal Mula Tradisi Mudik Jelang Lebaran di Indonesia, Sudah Ada Sejak Kerajaaan Majapahit
Tradisi ini telah menjadi fenomena sosial yang besar di Indonesia, di mana jutaan orang memilih untuk meninggalkan kota.
Baca SelengkapnyaMencicipi Kue Ka Khas Pulau Seribu, Hanya Ada saat Ritual Nelayan Pulang Melaut
Kelezatan kue ka hadir berbarengan dengan dalamnya makna yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Maleman, Cara Masyarakat Jawa Hidupkan Malam Lailatul Qodar
Maleman merupakan tradisi membagikan nasi kotak maupun dengan tempat lain kepada tetangga maupun saudara
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Bodho Kupat, Satu Kampung di Lumajang Kompak Jadi Pedagang Janur dan Ketupat
Bodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Adang yang Sakral, Ritual Memasak Warga Serang Sambut Hari Besar Keagamaan
Kabupaten Serang memiliki kearifan lokal yang hampir punah bernama Adang.
Baca Selengkapnya