Tak Hanya di Bumi Polusi juga Terjadi di Luar Angkasa, Benda Ini Jadi Penyebabnya
Satelit yang terbakar menjadi polusi di luar angkasa.
Satelit yang terbakar menjadi polusi di luar angkasa.
Tak Hanya di Bumi Polusi juga Terjadi di Luar Angkasa, Benda Ini Jadi Penyebabnya
Studi terbaru NASA melaporkan bahwa sampah luar angkasa bukan hanya membahayakan kerja satelit atau teleskop luar angkasa, tetapi juga mencemari Bumi.
Laporan dari Space.com, Senin (23/10) menyatakan bahwa ketika pesawat NASA terbang di ketinggian di atas Alaska dan daratan Amerika Serikat untuk mengambil sampel kimia dari udara tipis di stratosfer, sensor sensitif di hidung pesawat menganalisis senyawa kimia yang aneh.
-
Bagaimana sampah luar angkasa bisa terjadi? Sebenarnya, ada tiga pemicu bagaimana sampah luar angkasa bisa terjadi. Bisa jadi ada tabrakan antara satelit dengan satelit lainnya. Adanya puing-puing angkasa atau satelit mati yang terabaikan juga bisa menjadi penyebab lainnya. Terakhir, adanya asteroid atau meteorit mikro yang tanpa diprediksi menghantam satelit juga bisa menjadi penyebab.
-
Kenapa sampah luar angkasa berbahaya? Meskipun sampah luar angkasa telah diawasi oleh Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara (NORAD) agar tidak saling bertabrakan, bukan berarti kemungkinan itu tidak akan terjadi. Potongan roket atau satelit yang sudah tidak terpakai lagi ini dapat menyebabkan terhambatnya penelitian serta eksperimen luar angkasa.Bahkan NASA mengakui bahwa banyak misinya yang tertunda atau terhambat karena kehadiran sampah luar angkasa.
-
Di mana sampah luar angkasa bertebaran? Mengutip Space, Minggu, (17/12), menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), pada November lalu terdapat 35.610 keping puing luar angkasa yang berukuran lebih dari 4 inci.
-
Mengapa Starlink menyebabkan peningkatan sampah luar angkasa? Jumlah satelit meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama disebabkan oleh ribuan satelit jaringan broadband SpaceX Starlink yang terus mengirim lebih banyak satelit ke luar angkasa.
-
Dimana sampah luar angkasa berada? Melansir dari situs BGR, Minggu, (2/9), menurut Badan Antariksa Eropa, Bumi ini dikelilingi oleh 26.500 keping puing dengan lebar 4 inci.
-
Dimana letak sampah luar angkasa? Laporan dari Earth How, Sabtu (21/10) menyatakan bahwa jumlah sampah luar angkasa lebih dari 5500 ton. Jarak sampah luar angkasa ini beragam, dimulai dari 700 hingga 360.000 kilometer di atas permukaan Bumi.
Senyawa kimia ini diencerkan dalam udara stratosfer yang tipis dan murni, jaraknya di luar jangkauan sumber polusi udara Bumi.
Ditemukan jejak litium, aluminium, tembaga, dan timbal di udara sampel.
Konsentrasinya terlalu tinggi untuk disebabkan sumber-sumber alami, seperti penguapan debu kosmik dan meteorit saat bertemu dengan atmosfer.
Gara-gara Satelit
Malahan, rasio senyawa kimia yang ada di dalam konsentrasi polutan ini mencerminkan apa yang digunakan di dalam pembuatan satelit.
Dan Cziczo, profesor ilmu bumi, atmosfer, dan planet di Universitas Purdue Indiana, Amerika Serikat adalah salah satu penulis studi tersebut. Dia menyatakan bahwa material ini ditemukan di tempat yang aneh.
“Kami menemukan material buatan manusia ini di tempat yang kami anggap sebagai wilayah murni di atmosfer. Dan jika ada sesuatu yang berubah di stratosfer - wilayah atmosfer yang stabil - hal ini perlu dicermati lebih dekat,” jelasnya.
Apakah Hal ini Berbahaya?
Jawabannya, iya. Salah satu partikel yang ditemukan, yaitu aluminium oksida, adalah produk pembakaran paduan berbahan dasar aluminium. Partikel ini dikenal dengan kemampuannya untuk merusak ozon.
Ozon yang menjaga kehidupan di Bumi dari radiasi ultraviolet secara kebetulan berada di stratosfer, tempat polutan ditemukan. Akibatnya, pemulihan ozon dari kerusakan yang disebabkan bahan-bahan perusak ozon menjadi terhambat.
Selain itu, aluminium oksida juga berpotensi untuk mengubah albedo Bumi atau kemampuan Bumi untuk memantulkan cahaya. Konsentrasi partikel yang terlalu tinggi di stratosfer dapat menyebabkan perubahan suhu di stratosfer.
Efeknya, bisa terjadi perubahan tidak terduga pada iklim di Bumi. Partikel ini juga tidak dapat dibiarkan begitu saja, mengingat kemungkinan besar partikel-partikel ini tidak akan pernah jatuh ke Bumi. Konsentrasinya bisa terus meningkat seiring berjalannya waktu.
Memang konsistensi diluncurkannya satelit dari Bumi ke luar angkasa telah meningkat secara signifikan sejak beberapa tahun yang lalu. Salah satu penyebab terbesarnya adalah kemunculan megakonstelasi, yaitu sistem satelit besar seperti Starlink milik SpaceX.
Kebanyakan dari satelit ini juga dirancang untuk jatuh kembali ke Bumi dan terbakar di atmosfer.
Melihat kemungkinan bahwa akan ada puluhan bahkan ratusan satelit yang akan diluncurkan pada tahun-tahun mendatang, jumlah satelit yang masuk kembali juga akan meningkat tajam. Ini menyebabkan konsentrasi bahan kimia akibat pembakaran satelit juga akan meningkat.