Merdeka.com - Kasus Florence Sihombing benar-benar menjadi buah bibir baik di dunia nyata maupun maya. Setelah banyak yang menghujatnya, mahasiswi Pascasarjana Universitas Gajah Mada itu mendapatkan simpati dan pembelaan dari banyak orang.

Tidak sedikit orang yang menilai hukuman yang dijatuhkan kepada Florence yang pernah menghina Yogyakarta di jejaring sosial Path terlalu berlebihan. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa penjatuhan hukuman tersebut terkesan tebang pilih.

Sejumlah LSM, orang biasa sampai dengan budayawan Butet Kartaradjasa memberikan penilaian sekaligus simpati juga pembelaan terhadap wanita tersebut. Tidak hanya itu saja, khususnya di Twitter, muncul juga hashtag senada untuk membela Florence dari hukuman yang siap menantinya yaitu #SaveFlorence.

Dari beragamnya tweet dari para tweeps -sebutan untuk pengguna Twitter- yang bermunculan, ada yang mengatakan bahwa hukum di Indonesia aneh termasuk UU ITE-nya.

Bahkan ada yang mengaitkannya dengan account Trio Macan, Jonru, Obor Rakyat sampai dengan orang-orang yang juga banyak melakukan hujatan, umpatan dan fitnah di internet khususnya di jejaring sosial.

"JONRU kader pks yang memfitnah ulama tafsir quraish shihab dan menyebarkannya lewat dunia maya, tapi tidak ditahan polisi," tulis seseorang dengan account @robbyelansa.

"Saya tau #OborRakyat lebih kejam, sadis dan fitnah secara TSM msh berkeliaran #YNWAFlo #SaveFlorence," tulis seseorang lainnya dengan account @gandasitumorang. Dan masih banyak lagi lainnya.

Florence sendiri resmi ditahan Polda DIY, Sabtu (30/08) sore tepat pukul 17.00 WIB, atas dugaan pelanggaran UU ITE pasal 27 ayat 3 jo pasal 45 ayat 1, pasal 28 ayat 2 jo pasal 45 ayat 2 UU ITE no 11 Tahun 2008. Sementara untuk KUHP Pasal 310 KUHP dan atau Pasal 311 KUHP.Atas jeratan pasal tersebut, Florence pun terancam hukuman penjara selama 6 tahun dan denda sebesar 1 miliar.