Riset dan Pengembangan Produk Preventif Kesehatan Perlu Dimaksimalkan
Merdeka.com - Dewan Pakar Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan Cancer Chemoprevention Research Center Universitas Gadjah Mada, Edy Meiyanto mengatakan, tantangan yang dihadapi khususnya bagi apoteker sekarang ini adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan produk.
Kedua hal tersebut perlu ditingkatkan secara berkelanjutan oleh para apoteker. Sebab, kesehatan preventif menjadi tren ke depannya oleh para pemerhati kesehatan.
"Kalau tidak mengembangkan secara intensif dan masif, maka kita akan menjadi konsumen terus-menerus," ungkap Edy dalam sebuah diskusi tentang Pengembangan Sains dan Teknologi di Bidang Kesehatan Preventif, belum lama ini.
Menurut dia, pengembangan produk-produk preventif begitu dibutuhkan sebagai langkah awal untuk penyakit yang bersifat menular maupun tidak.
"Kita harus berpikir mengenai riset dan pengembangan produknya karena produk preventif sangat dibutuhkan sekali untuk penyakit tidak menular dan penyakit menular," jelas dia.
Sebagai contoh riset tentang nikotin. Apoteker dari Universitas Hasanuddin Muhammad Aswad mengatakan konsumsi nikotin paling banyak diperoleh dari merokok.
Saat dibakar, rokok mengandung sekitar 7 ribu senyawa, 70 di antaranya merupakan senyawa karsinogenik yang memicu timbulnya penyakit kanker. Namun, Aswad mengatakan nikotin juga memberikan dampak positif bagi penderita Alzheimer. Nikotin memiliki peran penting dalam memori.
"Senyawa bioaktif yang digunakan secara luas di masyarakat seperti nikotin perlu mendapatkan perhatian dari sains farmasi untuk dapat menilai risk and benefit dari penggunaan senyawa bioaktif tersebut dalam berbagai aspek," ujar dia.
(mdk/faz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
IDI: Perlu Kerja Sama Strategis Mewujudkan Pemerataan Dokter di Indonesia
IDI mengungkapkan tidak seimbangnya rasio dokter umum dan spesialis di Indonesia sangat berdampak terhadap kualitas kesehatan di setiap daerah.
Baca SelengkapnyaIndonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.
Baca SelengkapnyaMenuju Indonesia Adil Makmur, Anies Janjikan Akses Kesehatan Berkualitas
Peran pemangku kepentingan diperlukan agar tidak menciptakan kebijakan yang saling tumpang tindih.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
10 Penyakit Keturunan yang Perlu Diwaspadai, Cari Tahu Sejak Dini
Ada banyak jenis penyakit keturunan yang diwariskan secara genetik dan menjadi tantangan dalam dunia medis.
Baca SelengkapnyaDatangi Prajurit di Perbatasan, Kasad Beri Pesan Mendalam 'Fokus, Ingat Ada Anak Istri Menunggu'
Isinya seputar profesionalisme, fokus, hingga keluarga.
Baca SelengkapnyaJenis Penyakit yang Sering Muncul Pasca Lebaran, Radang Tenggorokan Paling Banyak Terjadi
Meskipun memikat untuk dinikmati, menu-menu lebaran sebaiknya dinikmati dengan porsi yang terkendali demi mencegah timbulnya sejumlah masalah kesehatan.
Baca SelengkapnyaIDI Respons Janji Prabowo Bangun 300 Fakultas Kedokteran: Sangat-Sangat Berlebihan
IDI menegaskan, permasalahan utama di Indonesia yakni distribusi dokter yang tidak merata, bukan produksinya.
Baca SelengkapnyaSaran untuk Pemerintah Tengah Susun Aturan Turunan UU Kesehatan, Terutama Soal Produk Tembakau
Pemerintah disarankan memperbanyak pasal tentang edukasi dan sosialisasi agar penguatan sistem kesehatan nasional dapat dilakukan.
Baca SelengkapnyaKasus Dugaan Pencabulan Istri Pasien Dinaikkan Penyidikan, Dokter MY Bakal Jadi Tersangka?
Cukup banyak alat bukti yang telah dikantongi penyidik, baik didapat dari TKP maupun serahan dari pelapor.
Baca Selengkapnya