Merdeka.com - Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) meminta penyelenggara jasa internet mengurangi daya dari hotspot wireless fidelity (Wi-Fi) karena berpotensi menggangu sinyal data seluler, seperti 3G dan nantinya LTE.

"Kalau dilihat saja, dalam satu ruangan pertemuan di hotel terdapat lebih dari 10 titik hotspot yang masuk ke ponsel, dan bukan hanya berasal dari ruangan itu saja, tapi ada yang dari ruangan sebelah bahkan dari gedung disebelah," ujar anggota BRTI Nonot Harsono kepada merdeka.com, belum lama ini.

Menurut dia, sinyal yang ada di udara sudah sangat banyak dan penuh, dan ini berpotensi menimbulkan interferensi atau gangguan sinyal seluler sehingga sebaiknya dikurangi daya pancarnya.

Apalagi, sebuah operator telekomunikasi disebut-sebut menargetkan akan memasang sejuta titik hotspot WiFi di seluruh Indonesia sampai tahun depan.

Ribuan bahkan jutaan WiFi yang digelar di seluruh wilayah terbuka dan indoor akan menjadikan ruang pita frekuensi 2,4GHz dan 5,8GHz yg digratiskan oleh pemerintah dapat menjadi crowded sehingga menimbulkan gangguan yang serius.

Jaringan radio penghubung antara puluhan ISP ke ribuan pelanggan masing-masing ISP akan saling silang di udara, bertubrukan dengan radio-link antar titik (backhaul) P2MP (point to multi-point) milik banyak penyelenggara.

Menurut Nonot, situasi akan bertambah rumit lagi setelah operator besar mencanangkan akan menggelar jutaan WiFi untuk outdoor access dan indoor access. "Vendor dan negara asal WiFi yang akan senang sedang Indonesia akan menuai kekacauan," keluhnya..

Menurut dia, perangkat WiFi yang beredar di pasaran memiliki rentang frekuensi kerja yang amat lebar, dari frekuensi radio di bawah 2 GHz hingga di atas 6GHz.

Maka pada saat dijumpai bahwa pita 2,4GHz sudah crowded, maka bisa saja ada godaan untuk melakukan adjusment menggeser frekuensi kerjanya ke sekitar 2,4GHz. Maka pita 2,3GHz, 2,1GHz, dan pita-pita lain akan menjadi terpakai sehingga akan mengganggu para pengguna pita yang lain tersebut.

Belum lagi sinyal radio liar yang timbul dari menurunnya kualitas konektor dan antena akibat cuaca. Konektor dan material antena yang termakan cuaca dapat menjadi titik pembangkit frekuensi liar yang tersebar ke sekitarnya.